Mendengar itu aku terkejut, “Apa maksud nenek?”
Nenek Subi menatapku dengan pandangan yang dalam, “Kamu tahu siapa yang membunuh Glora? Dia adalah ayahmu. AYAH KANDUNGMU! Aku yang membuatmu menempati tubuh Glora.”
Mendengar perkataan nenek Subi aku terkejut, tapi aku tidak percaya begitu saja.
“Apa maksud nenek menuduh ayahku? Dan jika benar itu adalah ayahku mana buktinya?”
Mendengar itu nenek Subi menyeka air mata dan bangkit berjalan menuju perapian yang di atasnya ada sebuah cermin. Nenek Subi mengangkat tongkat sihirnya lalu berkata
“UNTUK MENGUNGKAPKAN KEBENARAN TOLONG TUNJUKAN KEJADIAN MASALALU!!!”
Kemudian muncullah adegan-adegan dimana ayah yang sedang menodongkan pistol di kepala Glora, tubuh gadis yang kutempati saat ini. Melihat itu aku percaya bahwa yang membunuh Glora adalah ayahku.
“Lalu apa tujuan nenek memasukkan aku ke dalam tubuh Glora?” ucapku dengan nada sedikit tinggi karena aku merasa bahwa hidupku telah dipermainkan.
“Nenek ingin keadilan. Nenek tidak bisa apa-apa, karena nenek tidak bisa keluar dari hutan ini. Jika kamu berhasil, kamu akan menempati tubuhmu kembali. Satu yang perlu kamu ingat, kamu tidak meninggal tetapi kamu koma.” Seketika, cermin itu menampilkan kondisi tubuhku yang terbaring tak berdaya di rumah sakit.
Esok harinya aku memutuskan untuk mencari ayah. Nenek membantuku dengan tongkatnya agar aku langsung berada di kota. Namun aku tak tahu aku ada dimana. Apa aku lupa ingatan? Satu-satunya hal yang harus aku lakukan adalah secepat mungkin berjalan menuju rumahku.
***
Bersambung…