Gaya HidupPendidikan

Belajar di Tengah Luka: Mengatasi Patah Hati tanpa Mengorbankan Prestasi

7
×

Belajar di Tengah Luka: Mengatasi Patah Hati tanpa Mengorbankan Prestasi

Sebarkan artikel ini
Patah Hati Bukan Alasan Gagal Belajar: Bangkit dari Luka, Raih Prestasi | Sumber: Fimela.com
Patah Hati Bukan Alasan Gagal Belajar: Bangkit dari Luka, Raih Prestasi | Sumber: Fimela.com

Sukabumihitz – Patah hati sering dianggap sebagai persoalan pribadi yang akan membaik seiring waktu. Namun kenyataannya, kondisi emosional ini dapat berdampak langsung pada aktivitas sehari-hari, termasuk proses belajar. Banyak pelajar atau mahasiswa yang mengalami penurunan motivasi, sulit fokus, hingga kehilangan semangat setelah mengalami patah hati. Hal ini terjadi karena pikiran dan perasaan sedang tidak stabil, sehingga otak lebih sibuk memikirkan rasa kecewa atau kesedihan daripada materi pelajaran.

Dampak Emosional terhadap Proses Belajar

Ketika seseorang patah hati, hormon stres seperti kortisol meningkat. Akibatnya, daya ingat dan kemampuan konsentrasi menjadi menurun. Materi pelajaran yang sebelumnya terasa mudah dipahami mendadak terasa berat. Selain itu, gangguan tidur juga sering muncul, padahal istirahat yang cukup sangat penting untuk fungsi kognitif. Tidak sedikit yang akhirnya menunda tugas sekolah atau kuliah hanya karena suasana hati yang tidak mendukung.

Baca juga: Tingkatkan Kualitas Pendidikan, UBSI Belajar Implementasi AI dari I-CATS University College Malaysia

Patah hati juga dapat menurunkan rasa percaya diri. Beberapa orang merasa tidak berharga atau tidak cukup baik, sehingga kehilangan motivasi untuk berkembang. Dalam jangka panjang, jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa berdampak pada prestasi akademik.

Cara Mengatasi Patah Hati agar Belajar Tetap Efektif

Meskipun sulit, patah hati sebenarnya bisa dikelola dengan cara yang sehat. Langkah pertama adalah menerima perasaan tersebut. Tidak apa-apa merasa sedih, tetapi jangan biarkan kesedihan menguasai seluruh hidup. Bercerita kepada teman terpercaya atau mencari dukungan dari keluarga bisa membantu meredakan beban emosional.

Selain itu, mengatur waktu belajar secara bertahap dapat mengembalikan fokus. Mulailah dengan sesi belajar yang singkat, lalu tingkatkan durasinya ketika konsentrasi mulai pulih. Aktivitas positif seperti olahraga ringan, menulis jurnal, atau hobi juga efektif untuk mengalihkan pikiran.

Yang tidak kalah penting, tetap menjaga rutinitas harian. Meskipun hati sedang kacau, mempertahankan kebiasaan seperti bangun pagi, makan teratur, dan hadir di kelas akan membantu otak beradaptasi kembali pada pola yang sehat.

Patah hati memang menyakitkan dan wajar jika memengaruhi kegiatan belajar. Namun, dengan kesadaran emosional dan strategi yang tepat, kondisi ini dapat teratasi. Belajar sambil patah hati bukan berarti mustahil—hanya membutuhkan pengelolaan perasaan dan dukungan dari lingkungan. Pada akhirnya, pengalaman ini justru bisa menjadi pelajaran berharga untuk menjadi lebih kuat, lebih bijak, dan lebih fokus pada masa depan.

Baca juga: Ingin Cari Jurnal Internasional Gratis dan Legal? Ini Rekomendasi Terbaiknya!