Sukabumihitz.com, Bogor– Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) SEBI mengadakan kegiatan ACCESS-I 2023 dengan tema “Membangun Ukhuwah Antar Generasi Muda dalam Membangun Jiwa Intelektual Berkarakter Islami”. Kegiatan itu digelar selama tiga hari, 24-26 November 2023, di Villa Dangau Archo, Parung, Bogor.
ACCESS-I adalah singkatan dari Acceleration Of Emotional and Spiritual -Intelligences. ACCESS-I merupakan alur kaderasasi kedua yang wajib di ikuti oleh mahasiswa baru angkatan 2023 sebagai salah satu syarat untuk ikut organisasi yang ada di STEI SEBI.
Tujuan kegiatan ACCESS-I agar mahasiswa baru dapat memahami visi hidup sebagai seorang muslim, memiliki visi hidupnya sendiri, menggali dan memahami potensi dalam diri, dan cara untuk mencapainya. Selain itu, output dari ACCESS-I ini adalah penguatan ruhiyah & emosional.
Pada hari pertama, terdapat kegiatan seminar dengan tema “Self Leadership.” Seminar kali ini dibuka dengan pengenalan moderator yaitu Nimzo Agung Pherak selaku mahasiswa aktif STEI SEBI. Pemateri adalah Ustad Yahya Ghulam Nasrullah yang merupakan Personal Development Enthusiast and Learning Partner at tahfizh Leadership.
“Sebelum memimpin orang lain, banyak orang yang lupa dan terlewatkan yaitu memimpin diri sendiri,” kata Ustad Yahya Ghulam Nasrullah dalam rilis yang diterima Sukabumihitz.com.
Ia menyebutkan, ada dua hal penting cara menjadi pemimpin yang powerful. “Untuk menjadi pemimpin yang powerful yang pertama yaitu trust (kepercayaan) menjadi orang terpercaya dan bisa memahami orang lain. Yang kedua adalah respect kepada anggota timnya begitupun sebaliknya,” ujarnya
Selain itu, menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah. Perlu adanya kesadaran pada diri sendiri agar bisa memimpin dirinya sebelum memimpin banyak orang.
“Untuk menjadi pemimpin yang sukses dimulai dari perasaan, pikiran, perilaku, kebiasaan, karakter, dan akan menjadi Nasib. Perilaku dalam hal ini dasarnya dari pikiran dan perasaaan yang positif,” kata Ustad Yahya Ghulam.
Kemudian poin penting yang disampaikan oleh Ustad Yahya Ghulam adalah pentingnya mempunyai visi diri. Manfaat punya visi diri yaitu memiliki guidance, paham skala prioritas, hidup lebih mudah, teratur dan pastinya punya tujuan.
“Selain visi diri, value diri menjadi pendukung akan self leadership. Dengan mempunyai value diri kita bisa memilih skala prioritas dalam setiap memilih Keputusan,” ujarnya.
Selanjutnya di hari kedua, terdapat empat materi penting yang menyampaikan tentang budaya SEBI, ruhiyah dan lain sebagainya. Materi pertama membahas tentang budaya di kampus dengan tema Mengenal Budaya STEI SEBI. Tentunya setiap kampus memiliki budaya yang berbeda-beda. Bukan hanya tentang kampus, bahkan organisasi di dalam kampus saja memiliki budaya yang berbeda-beda. Budaya yang diterapkan di STEI SEBI adalah budaya keislaman.
Setiap mahasiswa STEI SEBI memiliki kewajiban berpakaian rapih dan syar’i sesuai dengan anjuran islam. STEI SEBI juga memiliki peraturan yang masih sangat jarang diterapkan di kampus lain, yaitu perihal posisi tempat duduk ketika kumpul atau rapat apapun. Diwajibkan untuk mahasiswa STEI SEBI untuk duduk dengan posisi berjarak. Hal ini membuat mahasiswa lebih sadar akan pentingnya menerapkan prinsip keislaman di mana pun dan kapan pun.
Pengisi dari materi ini adalah Ustadz Amrul Anshori S.E. ia merupakan salah satu alumni dari STEI SEBI yang sudah sangat paham terkait budaya di kampus. Untuk itu, Ustadz Amrul mengisi acara ini dengan sangat apik dan pesan yang disampaikan bisa diterima oleh peserta. Peserta sangat antusias dalam mendengarkan materi ini, dibuktikan dengan banyaknya peserta yang bertanya ketika sesi diskusi.
Materi kedua membahas tentang Tarbiyah Ruhiyah yang disampaikan oleh salah satu Dosen STEI SEBI yaitu Ustadz Luthfi Zulkarnain S.Ag, M.E.Sy. “Tarbiyah Ruhiyah itu sendiri adalah membina ruhiyah (jiwa) agar mampu menjalani hidup ini dengan mudah,” kata Ustadz Lutfi Zulkarnain.
Ada banyak sekali pembahasan yang disampaikan oleh pemateri dalam tema ini. Salah satunya adalah poin penting dalam mencapai takwa. Dalam materi ini, mahasiswa diharapkan dapat menghadirkan kembali hakikat Al-Quran yang tidak hanya sebatas kitab bacaan saja dan juga dapat kembali semangat dalam membina jiwa di dalam keislaman.
Dalam penyampaian materi ini, peserta menunjukan sikap tenang dan haru dalam mendengarkan materi yang disampaikan oleh Ustadz Luthfi. Lembutnya penyampaian narasumber, membuat peserta makin menyadari pentingnya takwa kepada Allah SWT.
Prinsip 4 On
Materi ketiga disampaikan oleh Ustadz Mahfudz Roji S.P., M.Pd., C.H., C.Ht. Ia merupakan Education Consultant, Grafologi Trainer, Handwriting Analysis Trainer. Tema yang dibawakan pada materi kali ini adalah Move On. “Visi itu bukan hanya untuk dunia, tetapi visi untuk akhirat juga dibutuhkan,” kata Ustadz Mahfud Roji. Poin penting yang disampaikan pada materi ini adalah Prinsip 4 on, yakni Vision, Passion, Action dan Collaboration.
Selain penyampaian materi, Ustadz Mahfudz mengadakan games praktik ilustrasi yang membuat para peserta sangat antusias mengikutinya.
Materi terakhir disampaikan oleh Ustadz Yoyo Sundoyo S.E tentang menjadi muslim ideal. Ia merupakan Dosen dari STEI SEBI sekaligus menjabat di bagian kemahasiswaan. Ia ering sekali memberikan motivasi kepada mahasiswa ketika mendapat kesempatan untuk berbicara. “Muslim yang unggul itu diibaratkan sebagai pohon. Akarnya akan menghujam, batangnya kuat menjulang, demikian pula dahan dan ranting-rantingnya. Daun-daunnya lebat dan setiap muslim menghasilkan buah yang banyak dan manis rasanya,” kata Ustadz Yoyo Sundoyo. Poin penting yang disampaikan dalam materi ini adalah 10 karakter unggul orang baik, salah satu diantaranya adalah aqidah yang lurus. Antusiasme peserta terlihat dari raut wajah mereka yang begitu semangat dalam mendengarkan materi.
Di hari ketiga, peserta diarahkan untuk mendengarkan materi Manajemen Aksi. Kali ini Kak Muhammad Ikhsanullah yang mendapat kesempatan untuk mengisi materi ini. Eskalasi Aksi merupakan poin utama yang disampaikan dalam materi ini. Kak Ikhsan menunjukan 6 hal yang harus diperhatikan dalam eskalasi aksi ini, yaitu isu, kajian, konsolidasi, teklap, aksi dan pasca aksi. Selain itu, perangkat aksi dari koordinator acara, keamanan sampai negosiator pun juga dijelaskan secara detail.
Penyampaian materi ini membuat peserta ingin segera melaksanakan SIMAKSI (Simulasi Aksi) yang sudah dijanjikan panitia sebelum kegiatan ini. Kak Ikhsan juga ingin peserta dapat mengimplementasikan ilmu yang ia sampaikan.
Setelah itu, peserta diarahkan menuju ke lapangan untuk melaksanakan SIMAKSI. Panitia juga ikut berkontribusi dalam acara ini. Dalam SIMAKSI ini, peserta berperan sebagai demonstran dan panitia berperan sebagai aparat kepolisian yang menghadang para demonstran.
Setelah SIMAKSI berakhir, panitia menyiapkan games untuk menambahkan kesan baik di akhir acara ini. Mekanisme dari games ini adalah dengan melemparkan peluru (balon isi tinta biru) kepada pihak lawan segingga yang terkena peluru keluar dari permainan, kemudian peserta mengambil bendera lawan satu sama lain. Ekspresi ceria dan semangat terlihat dari wajah-wajah peserta setelah mereka saling melempar peluru. Pakaian bernoda biru menjadi kesan akhir yang dibawa peserta menuju ke rumah masing-masing.