Sukabumihitz – Lingkungan sekolah diakui secara universal sebagai miniatur bangsa dan laboratorium etika moral yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan, khususnya semangat persatuan. Sekolah menjadi ekosistem penting dalam membentuk karakter, etika sosial, dan identitas kebangsaan generasi muda—menjadikannya garda terdepan dalam pembinaan nilai-nilai dasar negara.
Konstitusi Indonesia, termasuk UU No. 12 Tahun 2011, menegaskan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Secara filosofis, Sila ke-3 menjadi dasar kuat dalam membangun persatuan di tengah keberagaman suku, agama, dan budaya sekolah.
Baca juga: Mahasiswa Informatika Wujudkan Kepedulian Sosial Melalui Edukasi Budaya untuk Anak Panti Asuhan
Tantangan Modern terhadap Nilai Persatuan di Sekolah
Sayangnya, di tengah kemajuan teknologi dan media sosial, nilai persatuan di lingkungan sekolah menghadapi tantangan besar. Fenomena individualisme dan egoisme semakin menonjol—siswa cenderung berinteraksi dalam kelompok terbatas dan kurang peka terhadap lingkungan sekitarnya.
Lebih jauh, muncul pula konflik internal, seperti tawuran dan perundungan (bullying), baik secara fisik, verbal, maupun siber. Perilaku ini bukan hanya mengganggu proses belajar mengajar, tetapi juga berdampak serius terhadap kesehatan mental siswa, bahkan dapat menimbulkan trauma jangka panjang.
Kondisi tersebut menunjukkan adanya kesenjangan pemahaman nilai Pancasila. Banyak siswa memahami teksnya, tetapi belum menginternalisasi maknanya ke dalam kehidupan nyata.
Gerakan Nyata: Pengabdian Masyarakat Bertema Persatuan dan Kesatuan
Menjawab tantangan itu, enam mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) menginisiasi kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Mahasiswa (PkMM) bertema “Mempererat Persatuan dan Kesatuan di Lingkungan Sekolah.”
Kegiatan berlangsung secara tatap muka di PKBM Prestasi Gemilang, pada Sabtu, 25 Oktober 2025, pukul 11.00–12.00 WIB. Dian Virdita memimpin program ini bersama lima anggota tim lainnya dengan semangat menghidupkan kembali nilai gotong royong, toleransi, dan solidaritas di kalangan pelajar.

Edukasi Interaktif dan Penerapan Metode Gamifikasi
Materi utama berfokus pada Makna Sila ke-3 Pancasila (Persatuan Indonesia) melalui contoh konkret di kehidupan sekolah, seperti pembagian tugas piket yang adil, gotong royong, serta sikap toleransi terhadap perbedaan.
Untuk meningkatkan keterlibatan peserta, tim menerapkan Metode Gamifikasi, yakni pemberian reward, kuis verbal cepat, dan apresiasi selama sesi berlangsung. Pendekatan ini membuat kegiatan lebih menyenangkan sekaligus memperkuat pemahaman nilai-nilai kebangsaan.
Selain itu, siswa juga mendapat pemahaman tentang bahaya perilaku destruktif seperti tawuran dan bullying, serta konsekuensi hukum yang menyertainya.
Menjadi Agen Persatuan di Lingkungan Sekolah
Kegiatan ini berharap dapat mendorong para siswa menjadi agen persatuan, menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman, dan beretika. Melalui edukasi ini, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipelajari, tetapi terlaksana melalui tindakan nyata.
Tim PkMM berharap kegiatan ini dapat menjadi catalyst perubahan positif, menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, serta menanamkan nilai persatuan sebagai budaya hidup sehari-hari di lingkungan sekolah.














