Sukabumihitz – Debugging yang gagal berulang kali sering membuat programmer pemula, terutama mahasiswa, merasa lelah dan frustasi. Satu error kecil bisa menurunkan rasa percaya diri dan memicu pikiran negatif seperti, “Kenapa aku gak bisa?” atau “Mungkin aku memang gak cocok di sini.” Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, kelelahan emosional yang disebut burnout bisa muncul. Burnout bukan hanya soal fisik, tapi juga mental yang berdampak pada semangat dan produktivitas belajar maupun kerja.
Ketika Error Membuat Hilang Arah
Mahasiswa yang belajar coding sering mengalami kondisi ini, terutama saat menghadapi tugas akhir, proyek kelompok, atau bahkan saat mencoba ikut pelatihan mandiri secara online. Awalnya semangat, tapi saat menemui error yang membandel, semangat itu perlahan menghilang. Ada yang mulai menghindari buka laptop, ada juga yang justru jadi terlalu memaksakan diri tanpa jeda, sampai akhirnya kelelahan sendiri.
Error dalam pemrograman memang seringkali kecil penyebabnya, tapi besar dampaknya terhadap psikologis. Satu titik koma yang kurang bisa membuat seseorang merasa dirinya bodoh. Padahal, hampir semua orang yang belajar programming pernah mengalami fase ini. Masalahnya bukan pada errornya, tetapi pada cara kita meresponsnya.
Butuh Dukungan, Bukan Tekanan Tambahan
Dalam dunia programming, perasaan stuck adalah hal yang wajar. Tapi seringkali, lingkungan justru membuatnya terasa lebih berat. Ada yang merasa malu bertanya karena takut dibilang lambat. Ada juga yang merasa tertekan karena teman temannya terlihat sudah lebih jago.
Situasi seperti ini membuat banyak mahasiswa merasa sendirian dalam perjuangannya. Padahal, kalau ada tempat bercerita, atau komunitas yang saling menguatkan, beban itu bisa jauh berkurang. Kadang kita hanya butuh satu orang untuk bilang, “Aku juga pernah stuck, dan itu normal.”