Sukabumihitz – Menulis jurnal ilmiah merupakan proses panjang yang penuh tantangan. Dibutuhkan ketelitian, kesabaran, serta konsistensi tinggi untuk menyelesaikannya. Namun, tak sedikit penulis yang mengalami kebosanan di tengah perjalanan. Menariknya, setiap orang punya cara unik menghadapi rasa jenuh tersebut.
Mengutip unggahan Literasi Sains Indonesia, setidaknya ada enam tipe penulis jurnal ilmiah saat kebosanan melanda. Berikut ulasannya:
1. Si Pengganti Judul Berkali-Kali
Alih-alih fokus melanjutkan isi tulisan, tipe ini lebih sering memoles judul agar terdengar lebih menarik. Mereka percaya judul harus sempurna sebelum menulis, meski seharusnya konten utama yang jadi prioritas.
2. Si Kolektor Referensi
Awalnya berniat mencari literatur pendukung, tetapi justru terhanyut membaca berbagai jurnal dan artikel ilmiah. Akibatnya, waktu lebih banyak dihabiskan untuk membaca daripada menulis satu paragraf pun.
3. Si Tukang Atur Font dan Spasi
Bagi tipe ini, tampilan naskah adalah segalanya. Mereka sibuk mengubah jenis huruf, ukuran font, hingga jarak spasi. Meski terlihat rapi, kebiasaan ini sering memperlambat penyelesaian tulisan utama.
Baca juga: 5 Kesalahan Fatal dalam Pengajuan Jurnal Ilmiah dan Tips Menghindarinya
4. Si Penunda dengan Alasan “Logis”
Sering menunda pekerjaan dengan dalih menunggu mood atau merasa besok lebih produktif. Sayangnya, penundaan justru membuat waktu semakin sempit dan menambah beban menjelang tenggat pengumpulan.
5. Si Overthinking Reviewer
Terlalu khawatir dengan komentar dan kritik dari reviewer, hingga akhirnya proses menulis ikut terhambat. Padahal, langkah yang lebih efektif adalah menuntaskan draf terlebih dahulu lalu memperbaikinya setelah mendapat masukan.
6. Si Konten Kreator Instan
Saat bosan, mereka lebih memilih membuat konten media sosial ketimbang melanjutkan jurnal. Godaan hiburan singkat membuat penyusunan naskah ilmiah semakin tertunda.
Meski terdengar lucu, keenam tipe ini bisa menghambat produktivitas penulis. Mengenali karakter diri sendiri dapat menjadi langkah awal untuk memperbaiki kebiasaan menulis. Dengan begitu, peneliti tidak hanya mampu menyelesaikan jurnal tepat waktu, tetapi juga menjaga kualitas karya dan tetap menikmati proses ilmiah yang dijalani.