Sukabumihitz – Masyarakat Indonesia mengembangkan Pencak Silat sebagai seni bela diri yang menggabungkan unsur pertarungan, seni pertunjukan, dan nilai spiritual. Budaya Nusantara yang kaya menjadikan Pencak Silat dikenal secara global dan diakui sebagai warisan budaya tak benda yang wajib dilestarikan.
UNESCO menetapkan Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda dunia pada sidang ke-14 di Bogota, Kolombia, Desember 2019. Pengakuan ini menegaskan bahwa Pencak Silat menonjolkan nilai moral, filosofi hidup, dan gerakan indah yang selaras dengan musik tradisional, bukan hanya teknik bela diri semata.
Baca Juga : Olahraga Tradisional Menghidupkan Identitas Budaya
Pencak Silat di Kancah Internasional dan Kejuaraan Dunia
International Pencak Silat Federation (IPSF/PERSILAT) berdiri pada 11 Maret 1980 di Jakarta dan mengorganisasi perkembangan pencak silat secara global. Saat ini, IPSF menghimpun anggota dari sekitar 66–67 negara dan memperoleh pengakuan resmi dari Olympic Council of Asia sebagai satu-satunya lembaga resmi pencak silat. IPSF secara rutin menggelar Kejuaraan Dunia Junior dan Senior dengan kategori tanding dan seni, termasuk tunggal, ganda, regu, serta pertunjukan artistik berirama.
Filosofi dan Keunikan Gerak Pencak Silat
Setiap gerakan pencak silat mengandung makna filosofis yang mendalam, mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Filosofi silat mengajarkan rasa hormat pada lawan, larangan melukai tanpa alasan, serta pentingnya menjaga keseimbangan sosial sebagai inti ajarannya.
Kini, masyarakat mengenalkan pencak silat tidak hanya di arena olahraga, tetapi juga melalui festival budaya, pertunjukan seni, dan film internasional. Tokoh seperti Iko Uwais dan Yayan Ruhian aktif mempromosikan seni bela diri Indonesia ini hingga menembus panggung dunia.