Kegiatan berlangsung sekitar 1 jam 45 menit. Setelah sesi pembukaan, mahasiswa mengajak anak-anak mengikuti penyuluhan interaktif berbasis cerita dan dialog. Suasana semakin ramai ketika berbagai permainan kolaboratif dan kuis Islami berhadiah berlangsung. Seluruh rangkaian kemudian berakhir dengan sesi refleksi dan apresiasi bagi peserta paling aktif.
Pada sesi refleksi, mahasiswa memberikan tiga pertanyaan untuk mulai berdiskusi,
Apakah kalian rutin datang ke masjid? Ketika adzan berkumandang, apa kalian langsung bergerak atau tetap memegang gawai? Pernahkah kalian ikut membersihkan masjid di lingkungan rumah?
Mahasiswa sengaja memilih pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk menggugah kesadaran siswa dan membuka ruang diskusi yang mendorong terbentuknya kebiasaan positif di luar kelas.
Syarif Hidayatullah menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya mengajarkan tentang ibadah.
“Kami ingin anak memahami bahwa kedekatan dengan masjid membawa banyak pelajaran. Dari masjid, mereka belajar menghargai waktu, memahami sopan santun, menumbuhkan empati, serta memupuk syukur dan kesabaran. Semua itu menjadi bekal hidup yang jauh melampaui teori di buku,” jelasnya.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa UBSI berharap anak-anak merasa lebih dekat dengan masjid. Lebih dari itu, mereka ingin menghadirkan ruang belajar yang aman, menyenangkan, serta penuh ruang yang penuh makna untuk menumbuhkan karakter kuat bagi generasi yang akan memimpin masa depan.
Baca juga: Membentuk Karakter Anak Lewat Edukasi Keagamaan di Sekolah Dasar
