Film

“Pengepungan di Bukit Duri” Film Terbaru Joko Anwar Sajikan Potret Kelam Indonesia Masa Depan

300
×

“Pengepungan di Bukit Duri” Film Terbaru Joko Anwar Sajikan Potret Kelam Indonesia Masa Depan

Sebarkan artikel ini
Film terbaru Joko Anwar ini menjadi refleksi tajam atas kekacauan sistem pendidikan dan konflik sosial di Indonesia. | Sumber: Instagram @comeandseepictures

Sukabumihitz – Sutradara kenamaan Joko Anwar kembali menghadirkan karya terbarunya, Pengepungan di Bukit Duri. Film ini tidak hanya menyuguhkan ketegangan, tetapi juga menggambarkan kondisi sosial Indonesia yang genting. Penonton dapat menyaksikan film ini di bioskop mulai 17 April 2025.

Joko Anwar menulis naskah film ini sejak 2007. Ia baru merasa siap untuk mewujudkannya setelah 17 tahun proses pematangan. “Saya menunggu sampai cukup dewasa untuk menyampaikan pesan penting dalam film ini,” ujar Joko saat konferensi pers di Jakarta Selatan.

Konflik Guru dan Murid di Tengah Negara yang Runtuh

Latar cerita berlangsung di tahun 2027, saat Indonesia berada di ambang kehancuran. Kebencian rasial yang telah berlangsung selama dua dekade memicu kekacauan nasional.

Edwin (Morgan Oey), seorang guru seni, menerima tugas mengajar di SMA Duri Jakarta. Sekolah itu terkenal karena murid-muridnya yang brutal dan sering terlibat perundungan. Namun, Edwin punya alasan pribadi. Ia tengah mencari keponakannya yang hilang, dan sekolah ini menjadi petunjuk terakhir.

Begitu tiba, Edwin langsung menerapkan pendekatan disiplin. Ia ingin mengubah perilaku murid sekaligus menepati janjinya kepada sang kakak. Salah satu siswa yang paling menantang adalah Jefri (Omara N. Esteghlal). Konflik keduanya kian rumit karena Jefri mengaitkan Edwin dengan diskriminasi dan ketidakadilan sosial.

Baca juga: Menyelami Cinta di Tengah Kekacauan: ‘Kupu-Kupu Kertas’ Kembali Tayang!

Sementara itu, kerusuhan besar melanda Jakarta. Edwin, Diana (Hana Malasan), dan beberapa siswa terjebak di dalam sekolah. Situasi semakin berbahaya karena Jefri mulai mengejar Edwin dengan niat membunuh. Di tengah kekacauan, mereka harus bertahan hidup sekaligus menghadapi luka masa lalu.

Film yang Mengajak Penonton Merenung

Joko menyampaikan bahwa film ini lahir dari kegelisahannya terhadap budaya kekerasan di Indonesia. Menurutnya, kekerasan tidak hanya terjadi karena individu, tetapi juga karena sistem yang membiarkannya. “Sering kali yang lebih menakutkan adalah sistem yang permisif terhadap kekerasan,” tegas Joko.

Selain itu, ia juga menyoroti kegagalan sistem pendidikan. Ia percaya sekolah memegang peran penting dalam membentuk karakter bangsa. Oleh karena itu, ia memilih sekolah sebagai latar utama dalam film ini.

Morgan Oey menambahkan bahwa film ini membahas diskriminasi, trauma, dan ketidakadilan sosial. Ia berharap penonton dapat memahami bahwa luka lama bisa disembuhkan dengan pengakuan dan diskusi terbuka. “Film ini bisa jadi ruang refleksi bagi kita semua,” ujarnya.​

Kolaborasi Internasional Perdana dengan Amazon MGM Studios

Menariknya, Pengepungan di Bukit Duri menjadi film Indonesia pertama yang diproduksi bersama Amazon MGM Studios. Kolaborasi ini mempertemukan rumah produksi asal Hollywood dengan Come and See Pictures, perusahaan film lokal. ​

Film ini juga dibintangi oleh banyak aktor ternama seperti Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, dan Landung Simatupang. Dengan kualitas produksi internasional dan cerita yang relevan, film ini menjadi salah satu rilisan paling dinanti tahun ini.​

Baca juga: Tembus 3 Juta Penonton, Film “SIKSA KUBUR”: Mempertanyakan Ketidakpercayaan akan Siksa di Alam Kubur