Sheila Dara Aisha menunjukkan dedikasi tinggi dengan mempelajari bahasa Kroasia dari awal. Ia melakukannya agar bisa menyampaikan dialog secara emosional dan alami. “Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tapi juga alat untuk menyampaikan perasaan,” kata Sheila.
Sementara itu, Dion Wiyoko tidak hanya berakting, tetapi juga menyumbangkan karya fotografinya sendiri untuk adegan pameran dalam film. Kolaborasi keduanya memperkuat chemistry yang menjadi fondasi cerita.
Agar emosi penonton semakin terlibat, film ini menggandeng musisi kenamaan. Di antaranya:
Adhitia Sofyan, dengan lagu “Forget Jakarta” dan “Gaze”
Barasuara, yang menyumbangkan lagu “Terbuang Dalam Waktu” untuk adegan klimaks
Ofel Obaja Setiawan, selaku pengarah musik, menjelaskan bahwa musik dalam film ini dirancang untuk memperkuat emosi tokoh dan memperhalus transisi cerita. “Musik bukan pelengkap, tapi jembatan antara penonton dan perasaan para karakter,” tegasnya.
Sesi penayangan khusus untuk media dan komunitas perfilman telah berlangsung awal Juni. Hasilnya, mayoritas penonton memberikan respons positif. Banyak yang terkesan dengan perpaduan antara narasi, akting, serta sinematografi kelas dunia.
“Jarang ada film Indonesia yang bisa menggabungkan drama emosional, sentuhan fiksi ilmiah, dan visual sekelas festival film internasional,” ujar Mira Ayuningtyas, kritikus dari Filmnesia.
Sore: Istri dari Masa Depan tampil sebagai film romantis yang berani melampaui batasan genre. Kisah cinta unik, visual lintas negara, dan akting berkualitas tinggi menjadikan film ini layak ditonton. Penonton yang merindukan cerita orisinal dan menyentuh hati sebaiknya tidak melewatkan penayangannya pada 10 Juli 2025 di seluruh bioskop Tanah Air.