Berita

Aplikasi Pemberdayaan Blue Economy, Solusi Digital untuk Cegah Stunting di Desa Karangtengah

63
×

Aplikasi Pemberdayaan Blue Economy, Solusi Digital untuk Cegah Stunting di Desa Karangtengah

Sebarkan artikel ini
Pelatihan Aplikasi Pemberdayaan Blue Economy untuk Mencegah Stunting, Sabtu (12/10/2024). | Doc: Istimewa

Sukabumihitz – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas BSI Sukabumi kembali menggelar program pelatihan bertajuk “Aplikasi Pemberdayaan Blue Economy untuk Mencegah Stunting.” Acara ini diadakan pada Sabtu (12/10) di Kantor Desa Karangtengah, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.

Pelatihan ini melibatkan 37 peserta yang terdiri dari ibu-ibu kader posyandu dan guru-guru PAUD setempat. Para peserta sangat antusias mengikuti pelatihan ini, mengingat perannya yang penting dalam membantu mereka menjalankan program pencegahan stunting.

Program pelatihan ini memperkenalkan sebuah aplikasi bernama Gadis Bule (Gerakan Aksi Deteksi Dini dan Intervensi Stunting Berbasis Blue Economy). Aplikasi ini dikembangkan dengan fokus pada pendataan kasus stunting dan monitoring status gizi balita. Selain itu, pemantauan budidaya ikan dengan teknik bioflok sebagai upaya pemanfaatan lahan desa. Teknik bioflok ini diharapkan mampu menyediakan sumber protein bagi masyarakat desa dan membantu mengatasi masalah gizi buruk pada balita.

Baca juga: Kominfo Blokir Aplikasi Temu untuk Lindungi UMKM dari Produk Asing

Ketua tim Satia Suhada saat menyampaikan materi. | Doc: Istimewa

Dalam kegiatan tersebut, tim LPPM Universitas BSI Sukabumi yang terdiri dari Satia Suhada, Agung Wibowo, dan Rusda Wajhillah, bersama dengan mahasiswa yaitu Resti Jamilah dan Muhamad Fadli Fadilah, memberikan panduan teknis kepada para peserta tentang penggunaan aplikasi. Mereka memaparkan bagaimana aplikasi Gadis Bule dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas, baik untuk keperluan pendataan hingga intervensi langsung terhadap pencegahan stunting di wilayah setempat.

Satia Suhada selaku ketua Tim LPMM, menyampaikan harapannya terhadap implementasi aplikasi ini.

“Kami berharap aplikasi Gadis Bule ini dapat memudahkan masyarakat, khususnya para kader posyandu, dalam mendeteksi dan menanggulangi masalah stunting. Dengan teknologi ini, kita dapat mempercepat proses pendataan dan pemantauan kesehatan balita,” jelas Satia.

Melalui penggunaan aplikasi Gadis Bule ini, harapannya desa Karangtengah dapat menjadi contoh bagi desa lain dalam upaya pencegahan stunting. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang bagi pertumbuhan balita, sekaligus mengoptimalkan potensi ekonomi lokal melalui penerapan konsep Blue Economy.

Baca juga: Jalur Ganda KA Bogor-Sukabumi Selesai, Tingkatkan Kualitas dan Keselamatan Perjalanan Kereta Api