Sukabumihitz – Danau Biru Cibanten, yang terletak di Kampung Masigit, Desa Sukabares, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang-Banten, menyimpan banyak cerita. Di sebuah desa kecil yang terletak di kaki Gunung Pelangi, terdapat sebuah danau yang dikenal sebagai “Danau Biru”. Airnya begitu jernih hingga memantulkan warna biru yang memesona. Namun, dibalik keindahannya, Danau Biru menyimpan kisah penuh misteri yang diwariskan turun-temurun oleh para tetua desa.
Asal-Usul Danau Biru
Konon, berabad-abad yang lalu, desa tersebut dihuni oleh seorang pemuda bernama Raka. Ia dikenal sebagai sosok yang rajin, sederhana, dan sangat mencintai alam. Setiap pagi, ia akan pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar sambil merawat tanaman di sekitar desanya.
Namun, Raka memiliki sebuah rahasia, ia sering bertemu seorang gadis jelita bernama Nila di tengah hutan. Nila bukanlah manusia biasa, ia adalah penjelmaan seorang bidadari penjaga mata air suci. Keduanya saling jatuh cinta, meski Nila memperingatkan bahwa dunia manusia dan kahyangan tidak akan merestui hubungan mereka.
Baca juga: Legenda Sungai Citarum: Kisah Mistis di Balik Aliran Air Tertua
Kutukan Cinta Terlarang
Suatu hari, seorang tetua desa mengetahui hubungan Raka dan Nila. Ia menganggap Nila sebagai ancaman karena kecantikannya yang luar biasa membuat para pemuda desa terpesona. Tetua itu lalu menyebarkan fitnah bahwa Nila adalah penyihir yang hendak mencelakakan desa.
Warga desa yang termakan hasutan mulai memburu Nila. Ketika mereka menemukannya bersama Raka di tepi mata air, kemarahan warga memuncak. Nila memohon kepada Raka untuk melarikan diri, tetapi Raka menolak meninggalkannya.
Melihat kekacauan itu, Nila meneteskan air mata dan memohon perlindungan dari langit. Seketika, tanah di sekitar mata air bergetar hebat. Mata air itu meluap, menenggelamkan seluruh area menjadi sebuah danau. Nila dan Raka pun menghilang di dalam danau tersebut.
Kepercayaan Warga Tentang Danau Biru
Hingga kini, masyarakat percaya bahwa warna biru danau adalah manifestasi cinta dan kesedihan Nila. Pada malam-malam tertentu, terutama saat bulan purnama, beberapa warga mengaku pernah melihat bayangan sepasang kekasih yang menari di atas air.
Tetua desa juga melarang siapa pun untuk berbicara kasar atau berniat buruk saat berada di dekat danau. Konon, siapa saja yang melanggar akan mengalami nasib buruk, seperti kehilangan arah di hutan atau mendengar suara tangisan dari dalam air.
Pesan Moral
Cerita ini mengajarkan bahwa cinta sejati tidak mengenal batas, tetapi ego dan prasangka manusia sering kali menghancurkan sesuatu yang indah. Danau Biru menjadi pengingat akan pentingnya menjaga harmoni antara manusia dan alam, serta tidak terburu-buru menghakimi sesuatu yang tidak kita pahami.
Demikianlah sasakala “Misteri Danau Biru”, sebuah kisah yang tetap hidup dalam ingatan masyarakat, menjaga danau itu sebagai tempat suci yang penuh makna.