Sukabumihitz – Kamu mungkin pernah mendengar jargon “kampus unggulan” dan “inklusif.” Tapi, di balik jargon itu, banyak mahasiswa diam-diam menjalani kuliah dengan perasaan takut. Mereka tidak merasa takut karena tugas atau ujian, lho. Tapi karena kekerasan struktural yang kadang tidak terlihat, tapi bisa meninggalkan luka yang sangat dalam.
Kekerasan ini bisa datang dalam banyak bentuk, mulai dari komentar seksis atau diskriminatif, candaan yang merendahkan, sampai dikeluarkan dari ruang diskusi. Yang paling miris, kadang pihak kampus juga diam saja saat kejadian itu terjadi. Rasanya pasti sakit, kan? Apalagi buat kamu yang punya identitas berbeda, seperti mahasiswa perempuan, teman disabilitas, atau dari kelompok minoritas. Diskriminasi yang mereka alami seringkali berlapis-lapis. Ini kita sebut interseksionalitas. Mereka merasa tidak aman karena banyak hal yang saling beririsan.
Baca Juga: Fenomena Curhat Digital dengan ChatGPT di Tengah Krisis Kesehatan Mental
Tidak heran, banyak korban lebih memilih diam. Mereka takut tidak ada yang percaya. Reputasi mereka jadi taruhan. Pelaku juga bisa tetap bebas. Respon kampus juga seringkali minim. Padahal, kita punya Permendikbudristek Nomor 55 Tahun 2024. Tapi, peraturan itu akan menjadi tulisan tanpa nyawa tanpa kesadaran kampus untuk benar-benar berpihak pada korban.
Kampus Harus Jadi Tempat Yang Aman Bagi Mahasiswanya
Sebuah kampus yang baik seharusnya melihatmu bukan cuma sebagai mahasiswa, tapi sebagai individu yang utuh. Tempat di mana kamu merasa dihargai, didukung, dan dilindungi, sehingga kamu bisa berkembang dengan maksimal.
Universitas Bina Sarana Informatika sangat serius untuk menciptakan lingkungan seperti itu. UBSI menyadari, setiap orang punya tantangan dan beban sendiri. Oleh karena itu, Kampus Digital Kreatif ini menyediakan layanan konseling profesional khusus untukmu.
Tim konselor termasuk para dokter dan psikolog siap menjadi teman ceritamu. Kamu bisa datang kapan saja untuk berbagi keluh kesah, mendapatkan bimbingan, dan menemukan solusi. Yang paling penting, semua cerita akan dijaga kerahasiaannya secara penuh. Jadi, lupakan ketakutan yang menghantuimu. Kamu berhak mendapatkan pengalaman kuliah yang positif dan suportif yang melindungimu dari kekerasan struktural, dan memberikan dukungan psikologis yang kamu butuhkan. Sehingga pada akhirnya, kamu bisa fokus belajar, mengembangkan diri, dan mengejar impian tanpa rasa takut.