Sukabumihitz.com, Jakarta— Penguatan akhlak mulia/karakter, peningkatan kualitas pendidikan, dan sinergi antara lembaga Islam dan pemerintah menjadi kunci utama dalam memajukan pendidikan Islam ke depan. Pendidikan Islam harus benar-benar menekankan soak akhlak. Sebab akhlak tidak bisa dikalahkan oleh robot (Artificial Intelligence, AI).
Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) diharapkan dapat menjadi platform yang kuat untuk mendukung pendidikan Islam yang lebih inklusif dan adaptif di masa depan.
Hal itu mengemuka dalam Seminar Nasional AYPI 2024: Menuju Pendidikan Islam Berkelas Dunia yang digelar oleh Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) di Aula Serbaguna Universitas YARSI Jakarta, Sabtu, 10 Agustus 2024.
Seminar nasional yang mengusung tema “Tantangan dan Peluang Lembaga Pendidikan Islam dalam Menyongsong Satu Abad Indonesia Merdeka (Indonesia Emas)” itu dibuka dengan keynote speech oleh Rektor Universitas YARSI Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D.
Prof. Fasli Jalal membahas tentang Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia di bidang pendidikan, dengan fokus pada Human Capital Index yang menggantikan Human Development Index. “Salah satu tantangan utama adalah kualitas pendidikan yang masih rendah, terbukti dari berbagai skor PISA yang menunjukkan Indonesia masih pada posisi terbawah,” kata Prof. Fasli Jalal dalam rilis yang diterima Sukabumihitz.com.
Ia menyoroti bahwa lama belajar 12 tahun di Indonesia setara dengan 8 tahun secara kualitas. “Solusi yang diusulkan adalah menciptakan suasana pembelajaran yang baru dan proaktif, serta memperkuat karakter moral dan kinerja siswa,” ujarnya.
Selain itu, Prof. Fasli Jalal menggarisbawahi bahwa pendidikan agama harus dilihat secara lebih serius. “Indonesia perlu menyiapkan lulusan dengan keterampilan abad ke-21 untuk meningkatkan daya saing global,” kata Prof. Fasli Jalal.
Prof. Fasli Jalal juga menegaskan, bahwa pendidikan karakter sangat penting. “Semua lembaga/ ormas/ tokoh masyarakat/ anggota masyarakat/ lembaga pendidikan harus bersuara terkait pentingnya pembentukan pendidikan karakter. SDGs: harus keras bicara soal pentingnya pendidikan karakter,” ujarnya.
Pembangunan Karakter dan Budaya Bangsa
Kemudian dilanjutkan dengan diskusi panel yang menampilkan narasumber dua pakar pendidikan. Yaitu, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, MEd (sekretaris umum PP Muhammadiyah, guru besar UIN Jakarta), dan Dr. H. Adian Husaini, PhD. (cendekiawan Muslim, ketua umum DDII dan ketua Program Doktor Pendidikan Islam UIKA Bogor).
Prof. Abdul Mu’ti menggarisbawahi bahwa kedudukan pendidikan agama dalam konstitusi Indonesia sangat kuat, dan pendidikan harus fokus pada pembangunan karakter dan budaya bangsa. Ia mengidentifikasi peluang besar bagi lembaga pendidikan Islam, termasuk meningkatnya kesejahteraan ekonomi umat Islam dan kesadaran pendidikan yang tinggi di kalangan keluarga muda. “Lembaga pendidikan Islam memiliki prospek yang baik,” kata Prof. Mu’ti.
Namun, kata dia, tantangan besar tetap ada, seperti masalah manajerial, finansial, dan politik. “Seperti masalah manajerial dan finansial dalam lembaga pendidikan, perhatian pemerintah yang lebih tinggi kepada sekolah negeri, stigma negatif terhadap lembaga pendidikan Islam, dan pendekatan pedagogis yang masih konservatif,” paparnya.
Prof. Mu’ti mendorong penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas pendidik, pengembangan pendidikan Islam yang inklusif, dan pentingnya pendidikan karakter di semua lembaga pendidikan.
Pentingnya Pembentukan Karakter
Sementara itu, Dr. Adian Husaini menekankan bahwa pendidikan Islam adalah “tanggung jawab kita manusia kepada Allah SWT.” Ia menyoroti pentingnya adab sebagai inti dari pendidikan Islam, mencakup semua aspek kehidupan, termasuk adab terhadap ilmu.
Dr. Adian Husaini juga menekankan pentingnya pembentukan karakter melalui pendidikan, yang tidak bisa hanya dilakukan dalam jam belajar formal, tetapi juga melalui seluruh aktivitas pendidikan, yang bisa dimulai dari shalat Shubuh berjamaah.
“Pendidikan adab harus ditekankan dengan konsentrasi pada kualitas guru untuk melahirkan generasi terbaik di masa depan. Memastikan bahwa akhlak menjadi indikator kelulusan dan kenaikan kelas,” kata Dr. Adian Husaini.
Ia juga menekankan pentingnya mencintai ulama dan mempelajari pemikiran tokoh-tokoh besar Islam.
Pada sesi tanya jawab, peserta seminar mengangkat berbagai isu, termasuk masalah sekolah yang tidak memiliki lahan sendiri dan harus menggunakan fasilitas umum. Peserta juga membahas pentingnya ketulusan dalam mengajar yang berangkat dari keimanan, serta potensi AYPI sebagai wadah pelatihan pendidikan yang beragam.
Acara seminar nasional itu dimulai dengan pembacaan Tilawatil Quran oleh Ustadz Ahmad Fairuz, diikuti oleh sambutan dari Ketua Umum AYPI ASEAN, H. Mirdas Eka Yora, Lc. MA. Ia menyampaikan bahwa AYPI hadir untuk mensinergikan berbagai lembaga pendidikan Islam dengan pemerintah, mengingat pentingnya peningkatan mutu pendidikan, baik di tingkat nasional maupun internasional. “AYPI juga berfungsi sebagai jembatan antara lembaga pendidikan Islam swasta dan pemerintah,” kata Mirdas.
Pada kesempatan tersebut, AYPI juga melaksanakan pengukuhan dan deklarasi pengurus AYPI DKI Jakarta dan Banten.