Sukabumihitz – Di era digital, mahasiswa dan siswa menggunakan internet hampir setiap saat. Mereka membuka media sosial, mencari informasi lewat mesin pencari, hingga membaca berita di portal online.
Aktivitas itu terasa mudah, tetapi sering dilakukan tanpa memerhatikan kualitas informasi. Banyak yang hanya menerima dan membagikan konten begitu saja. Karena itu, setiap pelajar perlu menguasai keterampilan penting bernama literasi digital kritis.
Apa Itu Literasi Digital Kritis?
Literasi digital kritis berarti kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan menilai keaslian suatu informasi di internet. Kemampuan ini menuntut seseorang untuk berpikir jernih sebelum mempercayai sebuah konten.
Informasi di dunia maya sangat beragam: ada yang benar, ada pula yang palsu. Mahasiswa dan siswa yang tidak berlatih berpikir kritis akan mudah jatuh ke dalam jebakan hoaks, misinformasi, bahkan propaganda.
Mengapa Literasi Digital Kritis Penting?
Kemampuan ini membawa banyak manfaat.
- Mencegah hoaks. Mahasiswa bisa menyaring berita sebelum menyebarkannya.
- Mendukung penelitian. Mereka mampu memilih sumber terpercaya sebagai acuan akademik.
- Meningkatkan daya kritis. Pelajar tidak gampang terpengaruh isu viral di media sosial.
- Mempersiapkan dunia kerja. Banyak profesi modern menuntut keahlian memilah data dengan cermat.
Baca Juga: Pentingnya Literasi dalam Dunia Kampus, UBSI Sukabumi Gelar Seminar Tematik Perpustakaan
Bagaimana Cara Mengasah Literasi Digital Kritis?
Mahasiswa dan siswa bisa berlatih melalui beberapa langkah. Pertama, mereka memeriksa asal informasi dan memastikan sumbernya kredibel, seperti media resmi atau jurnal ilmiah. Kedua, mereka membandingkan konten dengan minimal dua sumber lain agar datanya lebih valid.
Ketiga, mereka menganalisis tujuan konten: apakah dibuat untuk memberikan pengetahuan, iklan, atau sekadar mencari sensasi. Terakhir, mereka menggunakan alat verifikasi, misalnya situs cek fakta resmi yang mudah diakses secara gratis.
Kenapa Siswa dan Mahasiswa Harus Peduli?
Pelajar yang mengabaikan literasi digital kritis akan menghadapi banyak risiko. Mereka bisa mempercayai informasi salah, kemudian menyebarkannya, dan akhirnya merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Sebaliknya, mahasiswa dan siswa yang aktif mengasah keterampilan ini akan terbiasa berpikir ilmiah, menulis karya akademik dengan lebih baik, dan berani berdiskusi berdasarkan data.
Literasi digital kritis bukan sekadar tambahan kemampuan, melainkan kebutuhan nyata. Dengan menguasainya, generasi muda dapat menjadi pribadi yang bijak, cerdas, dan tangguh menghadapi derasnya arus informasi digital.
Baca Juga: Jangan Salah! Ini Perbedaan Web Designer dan Web Developer