Sukabumihitz – Ketika membicarakan teknologi di kampus, banyak orang langsung membayangkan hal-hal modern yang sangat canggih, seperti kecerdasan buatan, big data, hingga robot yang bisa melakukan berbagai pekerjaan. Padahal, keseharian mahasiswa justru tidak bisa lepas dari teknologi sederhana yang terlihat biasa, namun punya peran besar. Mulai dari printer, proyektor, papan tulis, headset, flashdisk, sampai stopkontak semuanya jadi penopang utama aktivitas kuliah.
Printer, misalnya. Hampir setiap mahasiswa punya cerita dramatis soal alat ini. Bayangkan tugas sudah selesai, tapi printer pribadi tiba-tiba rusak atau kehabisan tinta. Dalam hitungan menit, printer kampus atau tukang fotokopi berubah jadi penolong paling setia. Tidak sedikit mahasiswa yang rela lari pagi demi bisa mengumpulkan tugas tepat waktu.
Proyektor juga tak kalah penting. Saat berfungsi normal, ia seolah tak terlihat. Namun ketika mati mendadak, kelas berubah total. Presentasi kelompok gagal berjalan, dosen pun terpaksa menjelaskan materi dengan cara konvensional. Kehadiran proyektor sebenarnya adalah jembatan penting yang membuat kegiatan belajar lebih menarik.
Lalu ada papan tulis, media klasik yang tidak pernah tergantikan. Dari coretan rumus matematika, diagram alur program, sampai sketsa sederhana, papan tulis membantu mahasiswa memahami hal yang sulit hanya dengan visual sederhana. Walau kadang tulisan dosen lebih mirip gambar abstrak, papan tulis tetap menjadi jembatan penting dalam proses belajar.
Headset juga masuk daftar. Mahasiswa kos yang harus hidup berdampingan dengan suara kendaraan atau teman sekamar yang hobi karaoke tentu sangat terbantu dengan benda kecil ini. Apalagi di era kelas daring, headset menjadi kunci agar mahasiswa tetap fokus, meski suasana sekitar jauh dari kondusif.
Baca juga: Dari Bangku Kuliah ke Forum Internasional, Mahasiswa Cyber University Ukir Prestasi di BRIEF 2025

Flashdisk dan hard disk eksternal pun masih setia digunakan meski kini ada penyimpanan berbasis cloud. Mahasiswa tahu betul, koneksi internet sering kali tidak bisa diandalkan. Simpan file di penyimpanan fisik masih jadi pilihan paling aman, meskipun kadang drama kerap terjadi saat file presentasi dibuka di kelas, lalu tanpa sengaja menampilkan folder pribadi.














