Windah Basudara dan Masalah Hak Cipta
Di tengah kritik, streamer Indonesia Windah Basudara memainkan game ini secara resmi dalam siaran langsung yang viral. Ia menyoroti banyak bug dan gameplay yang mengecewakan. Alih-alih mendapat dukungan, videonya malah terkena copyright strike, membuat potensi pendapatan Rp10–20 juta dialihkan ke penerbit game.
Ironisnya, akun resmi game Upin & Ipin justru memakai cuplikan stream Windah sebagai Shorts promosional tanpa izin, kredit, atau kompensasi, memicu kemarahan netizen atas dugaan eksploitasi konten kreator.
Klarifikasi Pengembang dan Respons Publik
Les’ Copaque dan Streamline Studios akhirnya merespons tekanan publik dengan mengakui adanya masalah teknis dan kesalahan klaim hak cipta. Mereka berjanji memperbaiki kualitas game lewat patch besar dan menambahkan konten baru dalam waktu dekat. Pengembang juga menyarankan pemain mengaktifkan Streamer Mode agar musik tak memicu pelanggaran hak cipta saat live streaming.
Meski begitu, kritik netizen tetap deras. Banyak yang menilai harga game terlalu tinggi untuk kualitas seadanya, sekaligus mengecam perlakuan buruk terhadap pekerja dan kreator seperti Windah Basudara.
Momentum untuk Berbenah
Polemik ini membuka mata publik terhadap dua sisi gelap industri game: eksploitasi tenaga kerja kreatif dan ketidakadilan terhadap kreator konten. Padahal, IP Upin & Ipin memiliki potensi besar di industri hiburan digital.
Kontroversi ini seharusnya menjadi momentum penting bagi Streamline Studios dan Les’ Copaque untuk melakukan perbaikan serius. Bukan hanya soal kualitas game, tetapi juga menghormati hak pekerja dan memperlakukan kreator konten secara adil dan transparan.