Sukabumihitz – Industri film Indonesia melahirkan gebrakan baru lewat Pelangi di Mars. Film garapan Upie Guava ini diproduksi oleh Mahakarya Pictures bersama MBK, dengan memadukan live action, animasi, dan teknologi XR berbasis Unreal Engine.
Kisahnya mengikuti Pelangi (Messi Gusti), manusia pertama yang lahir dan besar di Mars. Hidupnya berubah saat ia bertemu lima robot rusak—Sulil, Kimchi, Batik, Petya, dan Yohan. Bersama mereka, Pelangi berjuang menemukan mineral langka Zeolith Omega, sumber energi untuk memurnikan air di Bumi.
Proses produksi berlangsung sejak 2020. Tim riset menghadirkan dunia fiksi yang detail dan imersif.
“Film ini tidak hanya menampilkan luar angkasa, tapi juga menghadirkan cerita yang dekat dengan penonton Indonesia,” kata sutradara Upie Guava.
Baca juga: Film “Panggil Aku Ayah” Siap Bikin Nangis dan Tertawa, Drama Keluarga yang Dekat di Hati
Karakter Pratiwi (Lutesha), ibu Pelangi, terinspirasi dari Pratiwi Sudarmono, ilmuwan sekaligus astronot perempuan Indonesia pertama. Upie menyebut film ini sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi Pratiwi dalam menginspirasi generasi muda.
Selain Messi Gusti dan Lutesha, film ini menampilkan Rio Dewanto sebagai Banyu. Para aktor menggunakan teknik motion capture untuk berinteraksi dengan karakter robot. Raffi Ahmad, yang hadir mewakili Presiden, menyebut Pelangi di Mars sebagai “langkah besar perfilman nasional menuju panggung internasional.”
Di balik visual futuristik, film ini membawa pesan harapan. Perjuangan Pelangi bersama robot-robot rusak menegaskan pentingnya keberanian, kolaborasi, dan semangat kemanusiaan.
“Teknologi hanyalah alat, yang utama adalah kerja sama dan saling percaya,” ucap produser Dendi Reynando.
Pelangi di Mars menawarkan sesuatu yang segar bagi perfilman Indonesia. Visual canggih berpadu dengan kisah emosional yang dapat dinikmati semua kalangan.