Sukabumihitz – Di era digital saat ini, membuka media sosial sebelum tidur telah menjadi kebiasaan yang hampir tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan Gen Z. Aktivitas seperti scrolling TikTok, Instagram, atau Twitter sambil berbaring memang terasa menyenangkan dan kerap dijadikan pelarian untuk melepas lelah setelah beraktivitas. Namun, tanpa sadar, kebiasaan ini bisa berdampak serius pada kesehatan mental, bahkan memicu gangguan kecemasan (anxiety).
Menurut data dari Kementerian Kominfo dan Katadata Insight Center tahun 2022, lebih dari separuh Gen Z di Indonesia secara rutin mengakses media sosial di malam hari. Dari jumlah tersebut, sekitar 37% melaporkan mengalami gangguan tidur akibat terlalu lama bermain ponsel. Penelitian lain juga mencatat bahwa penggunaan media sosial selama lebih dari dua jam setelah pukul 9 malam dapat meningkatkan risiko munculnya kecemasan ringan.
Meski terlihat sepele, kebiasaan scrolling ini ternyata menyimpan berbagai dampak psikologis yang tidak bisa terabaikan. Konten yang bersifat negatif, perbandingan hidup yang tidak realistis, hingga komentar yang bernada menyudutkan dapat membuat pikiran menjadi tegang dan sulit beristirahat. Hal ini mendorong munculnya overthinking, gangguan tidur, perubahan mood, dan perasaan cemas yang terus menghantui bahkan saat memulai hari baru.
Baca juga : Jangan Anggap Sepele! Kenali Tanda Keputihan yang Perlu Diwaspadai
Kenapa Scrolling Sebelum Tidur Bisa Picu Anxiety?
1. Stimulasi Otak yang Berlebihan
Media sosial menyajikan konten yang terus-menerus berubah, cepat, dan seringkali emosional. Ini membuat otak tetap aktif bahkan saat tubuh sedang lelah. Bukannya rileks, otak malah menjadi lebih waspada dan sulit beristirahat.
2. Paparan Cahaya Biru dari Layar
Cahaya biru (blue light) dari ponsel menekan produksi hormon melatonin, yang bertugas mengatur siklus tidur. Akibatnya, kamu jadi lebih sulit mengantuk dan tidur tidak nyenyak, yang berkontribusi pada meningkatnya kecemasan keesokan harinya.
3. Perbandingan Sosial (Social Comparison)
Saat melihat postingan teman atau influencer yang terlihat “sempurna”, kamu mungkin mulai merasa kurang, tidak cukup berhasil, atau bahkan gagal. Inilah yang disebut toxic comparison, salah satu pemicu utama gangguan kecemasan di kalangan anak muda saat ini.
4. Konten Negatif atau Memicu Emosi
Video atau berita dengan tema tragis, komentar jahat, atau drama online bisa memicu ketegangan emosional. Ini bisa memengaruhi mood secara keseluruhan, bahkan terbawa hingga esok hari.
Tanda-Tanda Kamu Mulai Terpengaruh
- Kamu mulai sulit tidur karena pikiran masih aktif memikirkan hal-hal dari media sosial.
- Muncul rasa cemas atau gelisah tanpa penyebab yang jelas, terutama saat bangun tidur.
- Kamu merasa kelelahan secara mental meski tidak melakukan banyak aktivitas sepanjang hari.
- Ada perasaan tidak cukup baik atau tidak sebanding dengan pencapaian orang lain.
- Semakin tergantung pada notifikasi dan takut ketinggalan informasi penting (FOMO).
Cara Mengurangi Dampaknya
- Batasi penggunaan ponsel setidaknya satu jam sebelum tidur agar otak punya waktu untuk tenang.
- Ubah rutinitas malam dengan aktivitas yang lebih menenangkan seperti membaca buku atau journaling.
- Hapus atau sembunyikan akun-akun yang membuatmu merasa tidak percaya diri atau tertekan.
- Aktifkan fitur blue light filter untuk mengurangi paparan cahaya layar di malam hari.
- Cobalah detoks media sosial selama beberapa hari agar pikiran bisa benar-benar istirahat.
Kesehatan mental adalah aset penting, apalagi di tengah derasnya arus informasi digital. Mulai sekarang, yuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial, terutama menjelang waktu istirahat. Ingat, kamu nggak harus tahu semua hal setiap saat. Kadang, disconnect adalah bentuk terbaik dari self-care.