Berita

Tradisi Larung Saji di Ujunggenteng: Simbol Syukur

112
×

Tradisi Larung Saji di Ujunggenteng: Simbol Syukur

Sebarkan artikel ini
tradisi larung sesaji nelayan | https://bantenlife.com/tradisi-larung-sesaji-makna-tujuan-dan-prosesi-ritual-pesisir/

Sukabumihitz  -Pada Selasa, 10 Juni 2025, nelayan dan masyarakat Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, merayakan tradisi Larung Saji dalam Syukuran Nelayan ke‑59. Dua tahun terakhir, mereka menghentikan tradisi ini karena cuaca ekstrem dan kendala teknis. Namun, semangat warga dan kecintaan mereka pada budaya berhasil menghidupkan kembali acara penuh makna ini.

Asep Jeka, Ketua Rukun Nelayan Ujunggenteng, menegaskan bahwa pelaksanaan tahun ini terasa istimewa. Mereka menggelar ritual langsung di laut lepas sesuai tradisi leluhur. Baginya, Larung Saji bukan sekadar upacara, tetapi juga wujud syukur kepada Allah SWT yang melimpahkan rezeki dari laut. “Kami ingin melestarikan tradisi sekaligus menjaga laut yang menjadi sumber penghidupan kami,” ujarnya.

Doa Bersama dan Larungan Sesaji

Masyarakat memulai acara dengan doa bersama yang dipimpin tokoh agama dari MUI Desa Ujunggenteng. Setelah itu, mereka mengarak dua jempana, yaitu keranjang sesaji berhias ornamen lobster dan ikan layur. Jempana pertama memuat tumpeng lengkap dengan ayam dan telur, sedangkan jempana kedua memuat buah, sayuran, dan aneka kue tradisional.

Warga membawa jempana itu dari pesisir ke tengah laut sejauh 10 kilometer. Mereka menggunakan lima kapal diesel dan puluhan perahu fiber yang dihias meriah. Suasana laut Ujunggenteng pada hari itu begitu hidup dan penuh semangat. Banyak wisatawan naik perahu untuk merasakan langsung keunikan tradisi ini.

Baca juga: Tragedi Kecelakaan Maut Truk Tangki di Jalur “Tengkorak” Gekbrong, Cianjur

Sesampainya di laut lepas, nelayan dan warga bersama-sama melepaskan jempana sambil memanjatkan doa syukur dan harapan untuk keselamatan serta hasil laut yang melimpah. Beberapa nelayan berenang dan saling berebut uang kertas yang mereka lemparkan ke air. Aksi ini melambangkan solidaritas dan kebersamaan yang menjadi bagian penting dari tradisi Larung Saji.

Merawat Tradisi dan Laut

Masyarakat Ujunggenteng memaknai Larung Saji lebih dari sekadar ritual tahunan. Mereka menyadari bahwa laut bukan hanya tempat mencari ikan, tetapi juga sumber kehidupan yang harus mereka jaga. Dengan tema “Ngajaga Laut Kidul Ku Budaya”, mereka menunjukkan komitmen untuk merawat alam sekaligus melestarikan budaya warisan nenek moyang.

Selain itu, tradisi ini mengajarkan generasi muda untuk mencintai budaya dan lingkungan. Banyak anak-anak dan remaja ikut meramaikan acara sambil belajar nilai-nilai syukur, kebersamaan, dan cinta alam. Larung Saji menjadi pengingat bahwa menjaga laut sama pentingnya dengan menghormati leluhur.

Meningkatkan Daya Tarik Wisata

Tradisi Larung Saji tak hanya memperkuat identitas nelayan, tetapi juga menarik perhatian wisatawan. Banyak pengunjung dari luar Sukabumi datang untuk menikmati keindahan laut Ujunggenteng sambil menyaksikan prosesi yang sarat makna budaya dan spiritual. Mereka merekam momen-momen unik dan membagikannya di media sosial. Dengan begitu, tradisi ini membantu mempromosikan Ujunggenteng sebagai destinasi wisata budaya yang kaya pesona.

Selain dampak budaya, acara ini memberi manfaat ekonomi bagi warga. Para nelayan dan pelaku UMKM memanfaatkan acara ini untuk menjual hasil laut, makanan tradisional, dan kerajinan tangan. Dengan begitu, Larung Saji membuktikan bahwa pelestarian budaya dapat berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kembalinya Larung Saji setelah vakum dua tahun mencerminkan semangat nelayan Ujunggenteng. Mereka tidak hanya memelihara tradisi, tetapi juga menjaga laut dan ekosistem yang menjadi sandaran hidup. Melalui ritual ini, mereka menyampaikan rasa syukur dan komitmen untuk terus melestarikan budaya. Larung Saji mengajarkan bahwa laut bukan hanya tempat mencari nafkah, tetapi juga bagian dari identitas yang harus mereka jaga dengan sepenuh hati.

Baca Juga: Cegah Tawuran dan Geng Motor, Kota Sukabumi Mulai Berlakukan Jam Malam untuk Pelajar