Agile, Metode Modern yang Fleksibel dan Kolaboratif
Di sisi lain, Agile hadir sebagai solusi untuk proyek yang dinamis dan memerlukan adaptasi cepat. Agile menggunakan proses iterasi singkat yang disebut sprint, berbeda dengan Waterfall yang mengandalkan alur berurutan. Dalam dua hingga empat minggu, tim mengembangkan fitur software yang langsung mereka uji dan evaluasi bersama pengguna.
Bagaimana caranya? Agile menekankan kerja sama erat antara tim pengembang dengan klien atau pengguna akhir. Mereka secara aktif mengumpulkan umpan balik, kemudian segera melakukan penyesuaian pada sprint berikutnya. Dengan pola ini, tim tidak perlu menunggu proyek selesai total untuk memperbaiki kesalahan. Tim langsung memperbaiki kesalahan pada iterasi berikutnya, sehingga mereka bisa meminimalkan risiko penundaan besar.
Metode ini sangat cocok untuk siapa? Tim pengembang biasanya memilih Agile untuk mengerjakan proyek startup atau produk digital yang pasarnya cepat berubah. Dengan begitu, tim dapat terus menyesuaikan produk agar tetap relevan dan kompetitif.
Bagaimana Menentukan Metode yang Tepat?
Pada akhirnya, memilih antara Agile atau Waterfall tidak bisa dilakukan asal-asalan. Semua harus mempertimbangkan siapa kliennya, apa kebutuhan proyeknya, seberapa sering perubahan kemungkinan terjadi, dan bagaimana regulasi yang mengikatnya. Jika proyek menuntut fleksibilitas tinggi dan komunikasi intens, Agile jelas menjadi pilihan utama. Sebaliknya, Waterfall tetap menjadi andalan untuk sistem besar yang membutuhkan ketelitian dokumentasi sejak awal.
Dengan memahami kelebihan dan keterbatasan masing-masing metode, tim pengembang dapat lebih mudah menentukan pendekatan mana yang paling efektif agar tujuan proyek tercapai dengan efisien, tepat waktu, dan sesuai harapan pengguna.
Baca juga: Apple Ungkap Roadmap Untuk Vision Pro, Vision Air dan Smart Glasses Mendatang