Sukabumihitz – Karawang – Di sebuah rumah sederhana di Pakansari, 16 anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Seruni serius belajar menguasai dunia digital. Pada Sabtu pagi (20/9), mereka tidak membahas harga cabai, melainkan sibuk mengikuti pelatihan digitalisasi. Tujuan pelatihan ini adalah untuk mempromosikan hasil panen mereka lewat Instagram dan TikTok.
Acara ini merupakan bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) oleh Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI). Tema besar kegiatan ini adalah “Pelatihan Digitalisasi Pemasaran dan Sosialisasi Aplikasi Seruni Smart Fin sebagai Media Promosi Hasil Panen dan Manajemen Penjualan.”
Dalam sambutannya, Lurah Raden Ade Zuwira Rasidinata menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan melalui digitalisasi pertanian. Theresia Sugik Hartini, Ketua KWT Seruni, menambahkan bahwa tanpa keterampilan digital, hasil panen yang bagus bisa kalah dalam persaingan pasar. Sementara itu, Ketua Pelaksana PKM dari UBSI, Kusmayati Solecha, berharap pelatihan ini akan meningkatkan daya saing produk lokal Karawang.
Baca juga: Pelatihan Aplikasi SmartKas Dorong Transformasi Digital UMKM Sijimat Kasepuhan Sinar Resmi
Sesi pelatihan dimulai dengan materi dari Duwi Cahya Putri Buani, yang memberikan trik promosi melalui Instagram dan TikTok. Ia mengajarkan cara membuat konten yang menarik, teknik foto produk yang tepat, serta fitur promosi berbayar untuk menjangkau target pasar yang lebih luas.
Selanjutnya, Yoseph Tajul Arifin memperkenalkan Seruni Smart Fin, sebuah aplikasi cerdas untuk mencatat transaksi, mengelola stok, dan membantu para ibu menyusun strategi penjualan. Harapannya, aplikasi ini bisa menggantikan kebiasaan mencatat utang di sobekan kertas.
Para anggota KWT Seruni menunjukkan antusiasme tinggi sepanjang pelatihan. Beberapa di antaranya mengaku baru pertama kali menggunakan aplikasi digital. Ada juga yang senang mengetahui bahwa hasil panen mereka bisa mendapatkan promosi lewat TikTok.
Di akhir acara, wajah para peserta tampak berbinar, seolah mereka baru saja membuka pintu ke masa depan.
“Karena faktanya, pertanian kita nggak akan bisa lepas dari teknologi. Hasil panen yang segar saja nggak cukup, kalau tidak dipasarkan dengan cara yang segar pula. Tengkulak mungkin masih ada, tapi dengan digitalisasi, posisi tawar petani perempuan bisa naik kelas,” ujar Kusmayati.
Kini, para petani KWT Seruni siap melangkah dari sawah ke ruang digital. Mereka siap mengubah panen menjadi konten yang menarik dan memperluas jangkauan pasar.