Berita

Kontroversi Patung Penyu Kardus Rp15,6 M di Alun-Alun Gadobangkong!

12
×

Kontroversi Patung Penyu Kardus Rp15,6 M di Alun-Alun Gadobangkong!

Sebarkan artikel ini
Kerusakan Patung Penyu di Alun-alun Gadobangkong | Sumber: @sefruitfakta

Sukabumihitz – Proyek pembangunan Alun-Alun Gadobangkong di Jalan Kidang Kencana, Kelurahan Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, menarik perhatian publik setelah sejumlah kerusakan muncul. Dengan anggaran Rp15,6 miliar, beberapa bagian alun-alun rusak, termasuk patung penyu yang menjadi ikon tempat ini.

Patung tersebut viral di media sosial karena rusak di beberapa bagian. Publik menyoroti penggunaan kardus dan rangka bambu sebagai material patung. Selain itu, trotoar, tangga, dan tembok penahan ombak juga retak dan hancur akibat hantaman ombak besar.

Penjelasan Pihak Kontraktor

Imran Firdaus, kontraktor yang mengerjakan proyek ini, menjelaskan kondisi tersebut. Ia menyatakan pengerjaan telah mengikuti prosedur pengadaan barang dan jasa.

“Serah terima pertama kami lakukan pada Februari 2024 dengan masa pemeliharaan selama enam bulan. Pada Agustus 2024, kami menyelesaikan serah terima kedua. Selanjutnya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyerahkan alun-alun ini kepada Pemerintah Kabupaten Sukabumi pada September 2024,” kata Imran.

Selama masa pemeliharaan, timnya memperbaiki berbagai kerusakan, termasuk pengecekan kantin, batu sikat, andesit, hingga kerusakan akibat banjir rob. “Meski kerusakan terjadi karena bencana alam, kami tetap memperbaiki untuk mendukung kemajuan daerah ini,” tambahnya.

Baca juga: Kecelakaan Maut! Pria di Sukabumi Tewas Tertabrak KA Pangrango

Klarifikasi Tentang Patung Penyu

Imran membantah isu bahwa patung penyu sepenuhnya terbuat dari kardus. Ia menjelaskan kardus hanya berfungsi sebagai media cetak sebelum dilapisi resin dan fiberglass. “Jadi si penyu itu memang bukan terbuat dari coran atau batu, jadi itu terbuat dari resin, dan fiberglass, kenapa ada kardus di dalam, nah itu sebagai media karena kalau tidak ada kardus si resin gak bisa nempel,” jelasnya.

Imran juga menekankan bahwa pengerjaan proyek diawasi secara ketat oleh pihak terkait dan sesuai aturan. Dengan kerusakan yang terjadi, masyarakat perlu berperan aktif dalam merawat fasilitas umum ini agar dapat bermanfaat dalam jangka panjang.

Pentingnya Pemeliharaan oleh Masyarakat

Sebagai ruang terbuka hijau, Alun-Alun Gadobangkong dirancang untuk menjadi tempat rekreasi yang ramah lingkungan. Namun, kerusakan akibat faktor alam dan penggunaan yang tidak tepat menjadi tantangan.

“Kami melihat foto foto yang bertebaran di media sosial, berharap masyarakat Palabuhanratu, wisatawan yang datang sama sama merawat, dan menjaga bangunan bangunan serta alat alat yang ada biar terkesan tidak cepat rusak, karena konsep nya itu alun alun gadobangkong itu ruang terbuka hijau, harusnya masyarakat itu lebih siap merawat dan menjaga ruang terbuka hijau itu,” paparnya.

Imran juga mengimbau masyarakat untuk menjaga fasilitas di alun-alun. “Kami berharap masyarakat dan wisatawan yang datang turut menjaga dan merawat bangunan ini agar tetap terawat dan tidak mudah rusak,” ujarnya.

Baca juga: Pantai Kumala Samudra: Destinasi Healing Eksotis dengan Pemandangan Memukau di Pelabuhan Ratu