Bisnis

Yuks Bisa Yuk nabung.. Tapi kalo resesi gimana?

125
×

Yuks Bisa Yuk nabung.. Tapi kalo resesi gimana?

Sebarkan artikel ini

Sukabumi Hitz- dikutip dari cnbcnews

Inflasi yang meninggi kian mengguncang sejumlah kawasan di dunia hingga memaksa adanya respons signifikan dalam kebijakan ekonomi berbagai negara. Bukan hanya kebijakan, di tingkat rumah tangga akhirnya merespon tingginya inflasi.

Inflasi Amerika Serikat (AS) pada Mei 2022 melejit ke angka 8,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) sekaligus menjadi yang tertinggi dalam 41 tahun terakhir. Sejumlah faktor menjadi pendorong inflasi Mei tersebut. Harga energi naik 34,6%, terbesar sejak September 2005 dan harga makanan melonjak 10,1%, kenaikan pertama 10% atau lebih sejak periode yang berakhir Maret 1981.

Naiknya harga barang dan jasa di perekonomian tersebut membuat sentimen masyarakat memburuk yang dibuktikan dengan indeks keyakinan konsumen yang menurun. Selain itu kenaikan harga yang tinggi juga membuat daya beli masyarakat AS ikut terdampak yang tercermin dari penjualan ritel yang terkontraksi 0,3% bulan Mei lalu.

Banyak pelaku pasar yang khawatir ekonomi AS akan mengalami resesi dan parahnya bisa terjadi stagflasi seperti yang dialami Paman Sam kurang lebih setengah abad lalu.

Inflasi kini juga tengah menghantui keluarga-keluarga di AS. Mereka antusias untuk menghemat tabungan mereka dalam jangka panjang.

Strategi berhemat keluarga di AS dengan cara menetapkan pengeluaran bulanan dengan mengurangi hal-hal yang tidak penting serta mengaudit satu persatu kategori pengeluaran mereka dalam satu bulan.

Menurut survei Mei 2022 terhadap 1.014 orang oleh perusahaan riset pasar NPD Group, langkah-langkah penghematan uang yang ekstrem saat ini begitu diminati karena lebih dari 80% konsumen AS berencana untuk mengurangi pengeluaran dengan membeli produk yang lebih murah. “Berhemat pasti sedang populer saat ini, tapi berhemat di kondisi buruk seperti ini begitulah cara anda maju.” kata Amanda L. Grossman, instruktur pendidikan keuangan bersertifikat di El Paso, Texas.

Dikutip dari Wall Street Journal, ada cerita dari keluarga Shillito, dari bagian utara New York, yang memiliki sembilan anak berusia mulai dari 2 bulan hingga 19 tahun, memiliki rumah sendiri dan tidak memiliki utang.

Mereka menanam sebagian besar sayuran dan beberapa buah-buahan di lima kebun. Keluarga Shillito menekan tengah biaya makanan dengan membeli makanan utuh dalam jumlah besar. Dengan berbelanja langsung dengan toko perlengkapan restoran, setelah mendapatkan sekantong tepung seberat 50 pon seharga US$ 14,96 di distributor makanan grosir. Berhemat dalam kondisi seperti ini mungkin terlalu jauh bagi sebagian orang. Namun keluarga Shilinto menganggap yang dilakukan keluarga mereka menarik serta dianggap merupakan solusi dalam kondisi seperti ini.

Penghematan yang baru saja dilakukan baru baru ini di mana Shillito memperbaiki sendiri atap rumah keluarga, menghabiskan US$ 1.065,34 atau setara dengan Rp 15.767.538 jauh lebih sedikit daripada perkiraan US$ 7.356,08 atau Rp 108.908.235 jika dibandingkan membayar tukang.

Keluarga tersebut memulai tahun ini dengan sebuah tantangan dengan menghabiskan hanya US$125 pada bulan Januari untuk membeli susu, buah segar, dan sayuran, dan memeriksa makanan yang telah mereka simpan di dapur, lemari es, dan freezer selama pandemi.

Shillito mencatat setiap pembelian makanan dalam buku catatan spiral dan mencatat bahwa mereka akhirnya menghabiskan US$ 265,18, karena beberapa transaksi terlalu bagus untuk dilewatkan, seperti satu untuk 1.000 liner cupcake seharga US$ 7.

Bukan tanpa alasan mereka melakukan ini. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan harga bahan makanan naik 11,9% year-on-year pada Mei, dengan harga daging, unggas, ikan, dan telur naik pada tingkat dua digit.

Menurut keluarga Shillito, satu galon susu sekarang berharga US$ 3,89, naik 8% sejak Januari ketika mereka membayar US$ 3,59. Mereka tidak ingin mengurangi jumlah susu yang mereka minum, tetapi mereka memanfaatkan diskon yang diberikan perusahaan susu lokal yang gratis setelah mereka membeli lima galon.

Selain itu, cerita dari Emma Welford, dari Inggris. Ia belajar hemat karena kebutuhan sebagai ibu muda. Selain itu, Dia tergabung dalam forum tabungan untuk berhemat. Parahnya, dia mengakui bahwa menuangkan dan mengumpulkan saus tomat murah ke dalam botol Heinz agar dikira produk saus asli untuk membohongi suaminya. Selain itu, Ia pernah memasukkan cornflake merek toko ke dalam kotak Kellogg untuk menipu putrinya.

Satu sisi berhemat merupakan suatu cara untuk melindungi diri mereka dan keluarga mereka dari kondisi ketidakpastian ekonomi seperti saat ini.

Namun, di sisi lain mendorong konsumsi dalam Negeri memicu perputaran ekonomi. Jika konsumsi dalam negeri berkurang maka akan berpengaruh terhadap PDB karena Pertumbuhan ekonomi suatu negara salah satunya diukur dari tingkat konsumsi rumah tangga.

Apalagi kalau kita bicara AS. Sebagian besar komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) di Negeri Adikuasa disumbangkan oleh konsumsi rumah tangga. Menabung memang baik, apalagi di tengah situasi yang sangat tidak pasti seperti sekarang. Namun kalau semakin banyak orang yang gemar menabung, kian sedikit yang berbelanja, maka ekonomi akan lumpuh. Resesi bakal datang lagi…

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *