Sukabumihitz – Desa Perbawati, yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dikenal sebagai salah satu sentra penghasil bambu hoki. Tanaman hias yang diyakini membawa keberuntungan ini tidak hanya diminati di dalam negeri tetapi juga banyak diekspor ke luar negeri, seperti Kanada, Australia, Tiongkok dan Korea.
Dalam rangka menggali potensi desa Perbawati, mahasiswa dari program BSI Explore 2025 melakukan survei langsung ke UMKM lokal, salah satunya usaha bambu hoki milik Pak Dedy. Survei ini bertujuan untuk memahami lebih dalam tentang industri bambu hoki dan tantangan yang para pelaku usaha hadapi di desa tersebut.
Sejak memulai bisnisnya pada tahun 2010, Pak Dedy telah mengembangkan berbagai bentuk kerajinan dari bambu hoki, seperti guci, sangkar burung, air mancur, hingga model bertingkat satu hingga sepuluh sesuai permintaan pelanggan. Produk-produknya lebih banyak dikirim ke luar negeri karena dipercaya dapat membawa keberuntungan, terutama oleh para kolektor tanaman hias dari Tiongkok.
Proses Produksi dan Tantangan dalam Usaha
Bambu yang digunakan sebagai bahan baku berasal dari Purwakarta dan beberapa daerah di Sukabumi. Namun, tidak semua jenis bambu bisa digunakan, terutama yang memiliki warna putih karena cukup sulit ditemukan.
“Awalnya, kami memiliki penampung di daerah ini karena banyak tanaman bambu, tetapi yang berwarna putih lebih langka, jadi kami harus mencarinya ke luar daerah,” ujar Pak Dedy.
Dalam proses produksinya, ia menggunakan berbagai alat dan bahan, seperti cetakan, tali pita, dan lilin. Bentuk spiral, salah satu model yang paling banyak peminat dan membutuhkan waktu hingga tiga bulan untuk proses pengerjaan.

Selain itu, ada lebih dari 20 variasi bentuk bambu hoki, termasuk tipe Jat, KR 24 (keranjang), Spiral, Cobra, Teralis, Obor, dan Botol. Untuk menjaga kualitas bambu agar tidak membusuk atau rusak akibat cuaca, menggunakan obat seperti Besromil untuk ketahanan terhadap panas dan hujan, serta Folicur untuk perlindungan tambahan.
Harga bahan baku juga menjadi tantangan tersendiri. Sebelum dikupas, harga satu batang bambu berkisar Rp1.500. Namun, resiko kerusakan cukup tinggi. Daun yang terkena ulat atau batang yang rusak tidak bisa digunakan, sehingga menambah potensi kerugian dalam produksi.

Baca juga: Pemanfaatan Digital Marketing Dalam pemasaran Produk UMKM Dengan Web E-Commerce Tjikeruh
Pemasaran dan Keuntungan yang Tidak Pasti
Pada masa awal usahanya, pengiriman ke luar negeri bisa dilakukan setiap dua minggu sekali. Namun, kini frekuensinya menurun menjadi sebulan sekali dengan jumlah sekitar satu ton. Harga jual pun mengalami kenaikan.
“Dulu satu kilogram dihargai sekitar 6 dolar, sekarang sudah mencapai 14 dolar,” tambah Pak Dedy.
Untuk produk dengan bentuk khusus, seperti guci setinggi satu meter, harga jualnya bisa mencapai Rp150.000. Meski begitu, keuntungan tidak bisa diprediksi dengan pasti karena adanya potensi kerugian yang cukup besar. Keuntungan juga bergantung pada tingkat kesulitan pengerjaan setiap item.
Pak Dedy lebih memilih untuk tidak menjual produknya secara online karena tingginya risiko kerusakan selama pengiriman. Saat ini, pemasaran lebih banyak melalui pelanggan tetap dan jaringan bisnis yang sudah terbentuk.

Meskipun berbagai tantangan terus menghadang, usaha bambu hoki di Perbawati tetap bertahan. Faktor usia dan pengalaman membuat Pak Dedy tetap menjalankan bisnis ini, juga dukungan dari salah satu pegawainya yang telah lama bekerja bersamanya. Produk bambu hoki miliknya juga dipasarkan melalui pusat Grand Tropical milik Pak Made, yang telah lama dikenal sebagai pemasok tanaman hias.
Dengan daya tahan tanaman yang bergantung pada perawatan, bambu hoki bisa bertahan hingga 4-5 bulan jika mendapat perawatan dengan baik. Hal ini menjadikannya salah satu tanaman hias favorit di berbagai negara. Ke depan, Pak Dedy berharap usahanya semakin berkembang dan dapat terus membawa keberuntungan bagi para pelanggannya, baik di dalam maupun luar negeri.
Harapan Masa Depan Bambu Hoki Perbawati
Dengan potensi besar yang dimiliki, usaha bambu hoki di Desa Perbawati masih memiliki peluang luas untuk berkembang. Tantangan yang dihadapi, seperti keterbatasan bahan baku dan fluktuasi pasar, dapat diatasi dengan inovasi serta strategi pemasaran yang lebih luas.
Melalui survei yang dilakukan oleh mahasiswa BSI Explore 2025, berharap usaha ini semakin dikenal dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Tidak hanya membantu meningkatkan daya saing di pasar internasional, tetapi juga membuka peluang bagi generasi muda. Mereka dapat terlibat dalam pengembangan UMKM yang berbasis pada kearifan lokal, memperkuat ekonomi kreatif.
Ke depannya, dengan inovasi desain dan strategi pemasaran modern, bambu hoki Perbawati dapat terus berkembang sebagai produk unggulan yang membanggakan. Dengan daya saing yang semakin meningkat, produk ini berpotensi dikenal luas, tidak hanya di Sukabumi, tetapi juga di tingkat global.