Sukabumihitz.com, Bogor—Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) Bogor kembali menggelar pengajian rutin guru dan karyawan Jumat pagi. Pengajian guru dan karyawan pada Jumat (4/7/2023) diisi oleh Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin MS.
Kajian Tematik Pendidikan yang diasuh oleh Prof. Didin kali ini membahas tafsir Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat 77, yang artinya, “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”
“Ayat ini mengajarkan tentang prinsip-prinsip hidup orang beriman, yakni tiga perintah dan satu larangan,” kata Prof. Didin.
Penyebab turunnya ayat ini (Asbabun Nuzul), dikaitkan dengan kisah pada zaman Nabi Musa dengan empat tokoh yang sangat berkuasa (Fir’aun, Qarun, Haman dan Musa Samir yang bisa buat patung yang bisa berbicara).
“Adapun prinsip-prinsip orang beriman yang terkandung dalam ayat ini adalah tiga perintah sebagai berikut, yakni, pertama, jadikan akhirat sebagai tujuan. “Prinsip ini akan melahirkan manusia terdidik yang bertanggung jawab,” ujar Kiai Didin yang juga Guru Besar IPB Bogor dan UIKA Bogor.
Kedua, jadikan diri sebagai umat terbaik/unggul di dunia. “Jangan lupakan nasibmu (nashibaka) di dunia , maksudnya jadilah umat terbaik atau unggul,” tegas Prof. Didin yang juga Guru Besar IPB Bogor dan Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor.
Ketiga, berbuat baik tanpa pamrih. “Berlombalah melakukan perbuatan terbaik dengan sepenuh hati, atau dalam bahasa agama disebut Ihsan. Seperti ditegaskan Allah di alam Surat Al-Muluk ayat 2, yang artinya, ‘Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun’,” paparnya.
Adapun terkait larangan, kata Kiai Didin, adalah larangan merusak, terutama merusak agama. “Kerusakan agama (Aafatud din) itu ada tiga, yakni Faqihun Faajirun (ahli agama yang jahat), Imamun Jaairun (pemimpin yang zalim, yang suka membiarkan kezaliman, seperti LGBT, dan Mujtahidun Jahilun (mujtahid yang bodoh, berijtihad dalam ibadah, misalnya wanita sebagai khatib,” ujar Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin MS.