Agama

LSBPI MUI Gelar Workhsop Kaligrafi dan Diskusi “Remaja Bertanya, Ulama Menjawab” di Pondok Pesantren Santi Asromo Majalengka

63
×

LSBPI MUI Gelar Workhsop Kaligrafi dan Diskusi “Remaja Bertanya, Ulama Menjawab” di Pondok Pesantren Santi Asromo Majalengka

Sebarkan artikel ini
Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indoneia (MUI) menggelar workshop kaligrafi dan “Remaja Bertanya, Ulama Menjawab” di Pondok Pesantren Santi Asromo, Majalengka, Jawa Barat, Jumat-Sabtu (7-8 Juni 2024). (Foto: Dok LSBPI MUI)

Sukabumihitz.com, Majalengka– Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indoneia (MUI) menggelar workshop kaligrafi di Pondok Pesantren Santi Asromo, Majalengka, Jawa Barat.

Ketua Pelaksana, UstadZ Jojo Sutrisna mengatakan, kegiatan ini digelar untuk mensosialisasikan kepada generasi remaja terkait dengan seni budaya Islam.

Menurutnya, seni merupakan manifestasi dari akidah sehingga, tidak bisa dipisahkan dengan akidah dan berislam. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan kaligrafi sebagai bagian dari seni Islami dan menanamkan nilai-nilai Alquran serta kecintaan kepada Allah SWT.

“Seni-seni Islami termasuk di dalamnya seni sastra, seni musik, seni peran dan seni kaligragi memiliki peran penting dalam memperkaya budaya dan memperdalam pemahaman umat Muslim tentang agama, seni dan kemanusiaan,” kata Ustadz Jojo pada pembukaan acara,  Jumat (7/6/2024).

Ustadz  Jojo menuturkan, ia tidak sepakat dengan anggapan bahwa seni budaya seperti sekuler yang bukan warisan Islam. Dalam kesempatan ini, ia menyampaikan, LSBPI MUI telah menerbitkan buku Prinsip dan Panduan Umum  Seni Islami.

“LSBPI MUI telah menerbitkan buku Prinsip dan  Panduan Umum Seni  Islami. Mengupas seni-seni apa saja yang kemudiaan, buku itu membingkai seni musik kaligrafi dan lain-lain tidak keluar koridor Islam,” sambungnya dalam rilis yang diterima Sukabumihitz.com.

Ustadz   Jojo berharap, kegiatan ini bisa memberikan pemahaman kepada generasi muda terkait dengan seni budaya agar tidak salah paham.

Ia menegaskan, seniman Islam  harus merefleksikan bahwa ber-seni itu adalah ber-Islam. “Sebelumnya kita melakukan kegiatan di Garut, di Ponpes PERSIS, sekarang kita di Ponpes di bawah naungan PUI. Dengan acara ini, seni menjadi tidak salah paham, semoga di antara yang hadir  di sini menjadi seniman yang Islami,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut Ustadz Jojo mengatakan, Asromo tidak asing  baginya. “Karena saya lulusan Draul Ulum, saat ini saya menjadi Bendahara MUI. Saya tidak merasa asing, karena semenjak di Darul Ulum sudah biasa bolak balik Asromo, jalan kaki untuk napak tilas ke Makam Abdul Halim. Sebelum Indonesia Merdeka Kiyai Abdul Halim sebagai pendiri PUI sudah memeikirkan Indonesia sebelum Merdeka,” paparnya.

Perwakilan   Santri  Asromo Ustadz Lilis Sholihin  mengungkapkan, Santri asromo, didirikan oleh Kiyai Abdul Halim Iskandar. Ia adalah generasi kelima belas. “Santri Asromo ini adalah tempat berkah karena disini ada tokoh bangsa, tokoh agama, karena di sini ada pahlawan disemayamkan,” ujarnya.

Plt Ketua Umum LSBPI MUI Dr. Saiful Bahri Lc, MA menyampaikan apresiasinya kepada pihak Santri Asromo yang menjadi tuan rumah acara Workshop Kaligrafi dan Santri Bertanya, Ulama Menjawab.

“Seolah-olah kita sudah membersamai para pejuang.  Sosok Kiyai Abdul Halim adalah sosok yang komplit:  pejuang, tokoh agama, dan beliau punya perhatian pada pendidikan hingga bisa dilihat buktinya,” kata Dr. Saiful.

Ia menambahkan,”Seni dan budaya sangat melekat dalam kehidupan kita, biasanya tidak banyak perhatian. Kalau membaca sirah nabawiyah mungkin malas, tetapi ketika divisualisasi dalam film menjadi tertarik. Kami napak tilas, menyampaikan dakwah seni budaya.”

Ia mengemukakan, hari ini yang diangkat berita banyak negatifnya. “Jarang kita lihat berita yang menampikan prestasi-prestasi pesantren. Yang kita dengar ada pembunuhan, perselingkuhan, dan hal negative. Ini membentuk karakter yang tidak baik. Padahal negeri ini dibaangun oleh darah pahlawan, oleh ilmu, mereka mempertaruhkan untuk kemerdekaan bangsa,” tegas Ustadz Saiful Bahri.

Remaja Bertanya, Ulama Menjawab

Selain workhsop kaligrafi, rangkaian kegiatan ini juga ada diskusi yang bertajuk “Remaja Bertanya, Ulama Menjawab” seputar seni budaya.

“Acara diskusi ‘Remaja Bertanya Tentang Seni Budaya, Ulama Menjawab’ bertujuan untuk mensosialisasikan berbagai panduan dalam berkarya seni, bahwa seni itu bisa sejalan dan searah dengan tauhid bahkan seni merupakah manifestasi bertauhid,” kata Ustadz Jojo Sutisna.

Baca Juga : LSBPI MUI Gelar Workshop Kaligrafi dan Diskusi “Remaja Bertanya, Ulama Menjawab”

Berikut rangkaian kegiatan Workshop Kaligrafi dan diskusi ‘Remaja Bertanya, Ulama Menjawab”:

Hari pertama, Jumat (7/6/2024), Segmen ke-1 “Kaligrafi dan Seni  Visual sebagai Media Dakwah” akan dibawakan oleh Kyai Cepu  (ketua LSBO Muhammadiyah dan anggota LSBPI MUI Pusat).  Segmen ke-2 “Perkembangan Seni Kaligrafi di Indonesia” akan disampaikan oleh Dr. H. Saiful Bahri Lc., MA (Plt LSBPI MUI).

Segmen ke-3 membahas “Transformasi Kaligrafi Kontemporer” dengan nara   sumber Muhamad Yasir. Kemudian dilanjutkan dengabn sesi tanya jawab, Performing Art (Praktek) dan Apresiasi Art.

Acara hari kedua, Sabtu (8/6/2024), diskusi “Remaja Bertanya Tentang Seni Budaya, Ulama Menjawab”, diawali dengan  keynote speech Dr. H. Jeje Zaenuddin MA (ketua MUI Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam  serta Ketua Umum PERSIS).

Segmen ke-1 mengupas topik “Seni Peran dan Perfilman sebagai Media Dakwah”  dengan narasumber Ustadz Agustian.

Segmen ke-2 mengangkat topik “Sastra sebagai Media Dakwah” dengan narasumber Dr. Tiar Anwar Bachtiar M.Hum).

Segmen ke-3 membahas topik “Seni Musik dan Dakwah Islamiyah” dengan narasumber Agus Idwar Jumadi S.Sos, M.Hum.