Sukabumihitz – Di era digital, pengembang produk digital menempatkan pengalaman pengguna (user experience atau UX) sebagai prioritas utama. Namun, bagaimana desainer bisa menciptakan solusi yang benar-benar sesuai kebutuhan dan keinginan pengguna? Jawabannya ada pada design thinking, yaitu pendekatan berpikir yang menjadikan manusia pusat proses desain.
Baca Juga : Scrolling Sebelum Tidur? Kebiasaan Gen Z yang Diam-diam Picu Kecemasan
Apa Itu Design Thinking?
Design thinking merupakan metode pemecahan masalah yang menekankan empati, kreativitas, dan logika. Pendekatan ini tidak langsung melompat ke solusi, melainkan mengajak desainer memahami terlebih dahulu kebutuhan, perasaan, dan tantangan yang dialami pengguna. Dalam UX design, pendekatan ini penting karena membantu desainer menghasilkan produk yang relevan, mudah digunakan, dan memberikan dampak nyata bagi pengguna.
Lima Tahapan Design Thinking
Proses design thinking meliputi lima tahapan utama:
Empathize (Memahami Pengguna)
Desainer memulai proses dengan menggali pemahaman mendalam tentang pengguna apa yang mereka rasakan, pikirkan, dan alami. Tekniknya bisa berupa observasi, wawancara, atau survei.Define (Merumuskan Masalah)
Setelah memahami pengguna, desainer merumuskan masalah secara jelas. Misalnya, bukan hanya “aplikasi lambat”, tetapi “pengguna frustasi karena harus menunggu lebih dari lima detik untuk membuka halaman utama”.Ideate (Menghasilkan Ide)
Desainer kemudian melakukan brainstorming untuk mengumpulkan berbagai ide, termasuk ide-ide yang terdengar tidak biasa. Tujuannya adalah menjaring sebanyak mungkin kemungkinan solusi.Prototype (Membuat Purwarupa)
Ide-ide terpilih diwujudkan dalam bentuk purwarupa, seperti sketsa, wireframe, atau model interaktif.Test (Menguji dengan Pengguna)
Desainer menguji purwarupa kepada pengguna dan mengumpulkan umpan balik. Proses ini berlangsung berulang sampai menemukan solusi yang paling tepat.
Mengapa Design Thinking Penting untuk UX?
UX design bukan sekadar tentang estetika, tetapi tentang bagaimana pengguna berinteraksi dan merasakan pengalaman menggunakan produk. Dengan design thinking, desainer dapat:
Menghindari asumsi pribadi dan fokus pada kebutuhan pengguna
Menghasilkan solusi kreatif yang sebelumnya tidak terpikirkan
Mendesain produk yang tidak hanya menarik, tetapi juga fungsional dan efisien
Meningkatkan kerja sama antara desainer, pengembang, dan pemangku kepentingan
Sebagai contoh, tim UX pernah merancang ulang fitur checkout pada aplikasi e-commerce. Mereka menemukan masalah utama: banyak pengguna batal belanja karena proses checkout terlalu panjang. Dengan menerapkan design thinking, tim menyederhanakan alur pembelian dan menambahkan tombol “Beli Sekarang”, sehingga angka konversi meningkat signifikan. Design thinking menjadi fondasi yang wajib kamu kuasai sejak awal untuk menciptakan UX yang optimal.