Sukabumihitz – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali menyoroti persoalan infrastruktur di Kabupaten Sukabumi. Ia menegaskan wilayah tersebut masih menghadapi banyak masalah, salah satunya pembangunan jembatan darurat yang sangat mendesak bagi warga.
Dalam rekaman video yang diunggah akun resmi RadioElshinta pada Selasa (26/8/2025), Dedi mengaku kesulitan berkomunikasi dengan Bupati Sukabumi Asep Japar. Ia sudah mengirim pesan WhatsApp, tetapi hanya checklist tanpa balasan. Padahal, ia ingin segera membahas pembangunan jembatan di kawasan Jampang Kulon.
“Biaya jembatan ini sudah dihitung, Rp 3 miliar. Saya ingin mulai hari Senin. Dananya harus memakai Belanja Tidak Terduga (BTT) karena anggaran di Dinas PU sudah habis. Caranya, bupati harus segera mengirim pernyataan tanggap darurat bencana. Sekarang, WA saya hanya checklist terus,” kata Dedi.
Baca juga: Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Audit Rumah Sakit Sukabumi Usai Kasus Balita “Raya”
Warga sempat membangun jembatan tersebut secara swadaya, tetapi banjir besar pada Maret 2025 kembali menghanyutkannya. Video viral menunjukkan warga terpaksa menggotong keranda jenazah menyeberangi sungai karena akses jembatan terputus.
Dedi sebelumnya juga menanggapi video viral anak-anak di perbatasan Kecamatan Pabuaran dan Jampangtengah. Mereka harus menyeberangi sungai dengan rakit sederhana untuk bisa sampai ke sekolah.
“Pembangunan jembatan bukan sekadar soal fisik, tetapi juga keselamatan anak-anak sekolah. Generasi muda tidak boleh terus menghadapi risiko setiap kali berangkat menuntut ilmu,” tegas Dedi.
Dedi menilai Kabupaten Sukabumi menjadi wilayah dengan persoalan infrastruktur terbanyak di Jawa Barat. “Sukabumi ini penuh problematika. Kami sudah membangun empat jembatan di desa lain, sekarang giliran yang ini harus segera selesai,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat meminta koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi berjalan lebih cepat. Dengan kerja sama yang baik, pembangunan infrastruktur darurat bisa segera terealisasi demi kepentingan publik, terutama anak-anak sekolah dan warga pedesaan.