KeagamaanRamadhan

Fathu Makkah: Simbol Kemenangan Tanpa Kekerasan

77
×

Fathu Makkah: Simbol Kemenangan Tanpa Kekerasan

Sebarkan artikel ini
Gambar ilustrasi | Sumber: nu.or.id

Sukabumihitz – Bulan Ramadhan selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam, selain dikenal sebagai bulan penuh rahmat, pada bulan ini juga terjadi berbagai peristiwa bersejarah yang memberikan pelajaran besar bagi umat Islam. Salah satunya yaitu peristiwa Fathu Makkah, atau dikenal sebagai Pembebasan Kota Makkah, merupakan peristiwa monumental dalam sejarah Islam yang terjadi pada tanggal 20 Ramadhan tahun ke-8 Hijriah, bertepatan dengan 1 Januari 630 Masehi. Peristiwa ini menjadi simbol kemenangan tanpa kekerasan yang membawa perubahan besar bagi perjalanan umat Islam.

Latar Belakang Terjadinya Fathu Makkah

Pelanggaran Perjanjian Hudaibiyah oleh kaum Quraisy menjadi pemicu utama peristiwa ini. Dalam kesepakatan tersebut, kedua belah pihak setuju untuk tidak saling menyerang selama 10 tahun. Namun, kaum Quraisy melanggar perjanjian ini dengan mendukung Kabilah Bani Bakr menyerang Kabilah Khuza’ah, yang merupakan sekutu Rasulullah SAW. Pelanggaran ini memaksa Nabi Muhammad SAW untuk bertindak demi melindungi sekutunya.

Nabi Muhammad SAW mempersiapkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk menuju Makkah. Selama keberangkatan, beliau mempercayakan kepemimpinan sementara Madinah kepada Abu Rahman al-Ghifari. Meski membawa kekuatan militer yang besar, Nabi SAW menegaskan kepada pasukannya untuk menghindari pertumpahan darah kecuali jika benar-benar diperlukan. Pesan ini mencerminkan komitmen Rasulullah SAW terhadap kedamaian dan keadilan.

Baca juga: Lailatul Qadar: Malam Penuh Kemuliaan, Keistimewaan dan Amalan untuk Meraihnya

Masuknya Rasulullah SAW ke Kota Makkah

Saat pasukan Islam mendekati Makkah, kaum Quraisy merasa khawatir akan menghadapi pembalasan yang keras akibat pelanggaran perjanjian sebelumnya. Mereka sadar bahwa posisi mereka telah melemah, terutama setelah banyak tokoh penting Quraisy gugur dalam perang sebelumnya atau memeluk Islam. Namun, kekhawatiran mereka tidak terbukti.

Dalam bukunya Khutbah-khutbah Imam Besar (2018), KH Nasaruddin Umar, seorang pakar tafsir, menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW meminta kepada para pemimpin pasukannya baik pasukan yang datang melalui jalur normal, lembah, maupun bukit untuk mengumumkan bahwa hari itu adalah al-yaum yaumal marhamah (hari kasih sayang).

Namun, salah satu sahabat Nabi SAW secara tidak sengaja berteriak al-yaum yaumal malhamah (hari ini adalah hari pertumpahan darah). Akibatnya, penduduk Makkah menjadi cemas. Abu Sufyan yang merasa khawatir pun melayangkan protes, mempertanyakan mengapa hari yang semula diumumkan sebagai hari kasih sayang berubah menjadi hari pertumpahan darah.

Nabi SAW kemudian menjelaskan bahwa maksud dari sahabat tersebut tidak demikian, karena sahabat itu mengalami kesulitan dalam melafalkan huruf ra, yang menyebabkan pengucapannya terdengar seperti la. Setelah penjelasan tersebut, warga Makkah merasa lega dan gembira.

Strategi dan Pendekatan Nabi Muhammad SAW

Rasulullah SAW menunjukkan sikap pemaaf yang luar biasa dengan memberikan pengampunan kepada penduduk Makkah. Beliau mengumumkan kepada penduduk Makkah, “Siapa yang masuk masjid, maka dia aman, siapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka dia aman, siapa yang masuk rumahnya dan menutup pintunya maka dia aman.” Nabi SAW terus berjalan, hingga sampai di Masjidil Haram kemudian thawaf dengan menunggang unta sambil membawa busur yang digunakan untuk menggulingkan berhala-berhala di sekeliling Ka’bah yang dilewati. Saat itu, Nabi SAW membaca firman Allah SWT:

وَقُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُۖ اِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا ۝٨١

“Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.”(QS Al-Isra : 81)

قُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيْدُ ۝٤٩

“Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.” (QS Saba : 49)

Hikmah Peristiwa Fathu Makkah

Tidak seperti penaklukan lain yang sering kali penuh kekerasan dan penghancuran, Fathu Makkah berlangsung damai tanpa pertumpahan darah. Ini menjadi bukti nyata keadilan dan kasih sayang yang diajarkan oleh Islam. Rasulullah SAW memaafkan kesalahan masa lalu kaum Quraisy, tindakan ini menunjukkan teladan mulia Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin yang penuh hikmah dan belas kasih.

Fathu Makkah bukan hanya sebuah kemenangan militer, tetapi juga titik balik yang mengokohkan Islam di jazirah Arab. Peristiwa ini mengajarkan pentingnya memaafkan, berjuang tanpa kekerasan, dan menjaga prinsip kemanusiaan. Wallahu a’lam bis shawab

Baca juga: Pahlawan Perang Badar: Simbol Keberanian dan Pengorbanan dalam Sejarah Islam